KedaiPena.com – Seniman asal Yogyakarta, Butet Kartaredjasa, tak membantah aksi panggungnya saat Hajatan Rakyat di Kulon Progo pada Minggu (28/1/2024) merupakan suatu bentuk kritik dan luapan kekecewaannya pada Presiden Joko Widodo yang pernah didukungnya pada Pemilu 2014 dan 2019.
“Melaporkan saya tidak apa-apa, semua warga boleh melakukan apapun karena dijamin undang-undang,” kata Butet pada awak media, dikutip Kamis (1/2/2024).
Ia menekankan bahwa kritik sangat berbeda dengan penghinaan.
“Kita harus bisa membedakan mana ujaran kebencian, mana penghinaan, dan mana kritik,” ujarnya.
Dan setiap karya seninya, lanjut Butet, selalu mengandung muatan kritik.
“Tapi cara saya menyajikan kritik itu dalam kultur Jawa disebut Guyon Parikeno, ada unsur bercanda. Saya menempatkan diri sebagai Punakawan,” ujarnya lagi.
Ia menjelaskan peran punakawan dalam dunia pewayangan adalah mengingatkan ksatria utama lewat candaan dengan harapan ksatria tersebut tidak sakit hati dan sadar diri.
“Tapi kalau kstarianya dicubit tidak merasa sakit, ya dijewer, atau tendang bokonge (pantatnya), gitu loh. Jadi cara mengingatkan itu ada progesinya, ada tahapan-tahapannya, itu yang namanya Guyon Parikeno,” kata Butet lebih lanjut.
Dengan adanya laporan atas karya seninya ini, ia hanya berkomentar bahwa dirinya menyatakan kejujuran.
“Saya itu cuma menyatakan kejujuran, saya belum terlatih untuk berdusta dan berbohong, yang saya ucapkan selama ini hanya kejujuran hati dan pikiran. Nanti kalau saya sudah terampil bohong dan berdusta mungkin saya akan memamerkan kemunafikan saya. Kalau dipolisikan itu sudah risiko,” imbuhnya.
Terakhir, Butet mengingatkan Jokowi agar tak jumawa ketika masih berkuasa. Ia menyinggung bagaimana dulu Orde Baru di bawah kepimpinan Presiden Soeharto selama 32 tahun akhirnya tumbang secara tragis akibat gelombang protes rakyat yang terus membesar.
“Deputi Hukum Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Todung Mulya Lubis siap dampingi jika diproses hukum,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa