KedaiPena.com – Walaupun menghadapi kendala terkait perizinan lokasi kegiatan, para tokoh penggagas Silaturahmi Kebangsaan tak surut untuk melanjutkan pembahasan terkait nasib bangsa dan negara ini.
“Kalau dibatalkan lagi, ya pindah lagi ke tempat lain. Apa yang ditakuti?! Kami-kami ini juga bagian dari pemilik sah NKRI. Betah mana coba. Yang jelas, kami-kami ini ibarat Abimanyu, tokoh pewayangan yang babar blas, gak punya kamus takut,” kata Pemerhati Telematika, Dr. KRMT Roy Suryo, MKes, salah seorang peserta silaturahmi, ditulis Selasa (15/10/2024).
Selain Roy Suryo, terpantau para tokoh yang hadir antara lain adalah Faizal Assegaf, Prof. Anthony Budiawan, Relfy Harun, Marwan Batubara, Said Didu serta tokoh dan aktivis lainnya.
Para tokoh yang hadir menyampaikan pendapat, yang secara umum memiliki pandangan yang sama. Yakni setelah bukan presiden, Presiden Joko Widodo tidak boleh lepas begitu saja tanpa pertanggung jawaban atas segala dosa-dosanya, yang berakibat rusaknya tatanan berbangsa dan bernegara.
“Selama dipimpin Jokowi selama 10 tahun, negara ini mengalami kehancuran. Kerusakan itu bukan tidak disengaja, melainkan disengaja secara sadar oleh Jokowi,” kata Prof. Anthony Budiawan.
Sebab itu, lanjut Anthony, setelah 20 Oktober ini pihaknya mendesak agar Joko Widodo secepat-cepatnya segera ditangkap, diproses hukum atas berbagai macam kesalahannya, agar kehidupan berbangsa dan bernegara kembali normal.
Seusai pakar Hukum Tata Negara Relfy Harun yang pada kesempatan itu berteriak, pihaknya bersama tokoh lain menyatakan sebagai oposan terhadap pemerintahan 5 tahun mendatang, Marwan Batubara memekik lebih antagonik, “Tangkap dan adili Jokowi!,” pekik Marwan Batubara menggugah semangat juang.
Dilanjutkan Marwan yang juga anggota Petisi 100 itu, bahwa pihaknya sejak pertengahan tahun lalu sudah meminta pemakzulan terhadap Jokowi dan antek-anteknya. Pandangan itu, katanya, semakin ke sini kian mengkristal menjadi sebuah tuntutan ‘Takdili’, tangkap dan adili Jokowi.
Jadi, tegas Marwan, kelak saat pulang ke Solo gembar gembornya Jokowi akan disambut dengan sukacita, maka mimpi itu akan dibantah dengan gerakan mahasiswa yang membuat dengan rakyat dan tokoh masyarakat dengan teriakkan ‘Takdili, Takdili, Takdili’.
“Mulyono kita harapkan bersama akan ditangkap, diadili dan dipenjara sebelum Desember 2024,” harap Marwan.
Said Didu lebih nylekit pada kesempatan berbicara. Dia katakan, selama 10 tahun terakhir, 280 juta rakyat Indonesia disibukkan hanya dengan satu keluarga dari Solo, yakni Mulyono.
“Untuk itu rakyat akan mengurus keluarga Jokowi. Menyiapkan kamar dan makanan dari negara, atas pelanggaran yang dilakukan selama ini,” ujar Said Didu berinsinuasi, yang dimaksud adalah penjara buat Jokowi sekeluarga.
Laporan: Ranny Supusepa