KedaiPena.Com – Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, diminta untuk mengaktifkan kembali Puskesmas Pembantu yang berada di pulau Sitaban Barat.
Demikian ditegaskan Anggota Komisi A, DPRD Tapteng, Martin Tobing kepada wartawan di Pandan, Jumat (10/2) terkait endemik penyakit Malaria yang menjadi momok bagi penduduk di Pulau Sitaban Barat dan Mursala dan sejauh ini telah menyebabkan kematian lebih dari 20 orang.
“Bagaimana mengidupkan kembali Pustu (Puskesmas Pembantu) yang pernah terbangun itu, apalagi 2016 banyak pembangunan,†ujar Martin.
Menurut Martin, penanganan terhadap penyakit tersebut memang harus dilakukan secara kompleks dan menyeluruh. Instansi terkait diminta dapat berkoordinasi dan mencoba mencarikan solusi.
Misalnya, kata Martin soal bagaimana mengatur kawasan pemukiman masyarakat agar bisa lebih aman dari keberadaan nyamuk penyebar penyakit tersebut.
“Secara kompleks, misalnya apakah perlu dilakukan pengaturan pemukiman, tapi apakah masyarakatnya mau? Nah ini yang harus dicarikan solusi alternatifnya. Lintas instansi kita minta berkoordinasi, karena ini menyangkut jiwa dan nyawa masyarakat,†tegas Martin.
Diberitakan, dibalik daya kewisataannya yang menarik, Pulau Mursala yang secara administratif berada di Desa Tapian Nauli I, Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tapanuli Tengah ini ternyata menyimpan momok penyakit yang menakutkan dan mematikan, yakni nyamuk Malaria.
“Malaria paling banyak di sini (Pulau Mursala-red),†ucap Ina (sebutan ibu bagi etnis Nias) Wati Laia (42), seorang warga di Pulau Mursala.
Warga Lingkungan IV di kawasan Pulau Mursala yang telah menghuni pulau Mursala sejak 25 tahun silam ini mengaku, banyak warga yang bermukim di pulau itu meninggal dikarenakan penyakit itu.
“Iya mati, banyak yang mati disini kenak Malaria, di bawa ke dokter katanya Malaria, gitu. Itu, lihatlah di atas sana banyak kuburan, ada juga yang baru melahirkan kenak Malaria, mati, lebih dari 20 orang mati, mulai dari orangtua sampai anak-anak, banyak yang mati,†tuturnya.
Laporan: Dom