KedaiPena.com – Wasatiyat Islam (Jalan Tengah Islam) dinyatakan sebagai solusi terhadap kerusakan peradaban manusia dewasa ini.
Ketua Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC), Din Syamsuddin, menyatakan kerusakan peradaban, baik pada tingkat global maupun nasional banyak negara, merupakan fakta yg sangat memprihatinkan.
“Dunia menghadapi krisis multi-dimensional, berupa krisis-krisis pangan, energi, dan lingkungan hidup, serta berbagai bentuk ketidakadilan, tindak kekerasan, dan sikap fobia antar kelompok. Pasca Covid-19 belum terwujud kondisi new normal (normal baru), karena umat manusia masih menghadapi momok berupa climate change and global warming (perubahan iklim dan pemanasan global) yang mengerikan, dan resesi ekonomi global yang berdampak sistemik pada bidang-bidang kehidupan lain,” kata Din Syamsudin dalam International Symposium yg diadakan oleh Fakultas Agama Islam, Universitas Ahmad Dahlan, di Yogyakarta, ditulis Minggu (4/12/2022).
Itu semua, menurut Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta ini, disebabkan karena Sistem Dunia (World System) berwatak sekuler-liberal, yang sejatinya menampilkan bentuk ekstrimitas.
“Label ekstrimisme sering hanya dikaitkan dengan agama dan dilekatkan pada kelompok agama (tertentu/Islam), padahal ideologi dunia dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya berwatak ekstrim yg akhirnya menciptakan kerusakan akut,” ungkapnya.
Utk itu, menurut Din Syamsuddin yang menjadi Chairman of Global Fulcrum of Wasatiyat Islam (Poros Dunia Wasatiyat Islam) yang baru diluncurkan pada 18 November 2022 yang lalu, Wasatiyat Islam (atau Jalan Tengah Islam) dapat menjadi solusi.
“Sistem Dunia dan bentuk-bentuk derivatifnya dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya harus ditarik ke titik tengah. Namun, Jalan Tengah ini bukan jalan moderasi yang mengandung konotasi kompromistik dan rekonsiliasistik. Dalam Wawasan Wasatiyat Islam ada dimensi toleransi (tasamuh), keseimbangan (tawazun), dan konsultasi (syura), tapi ada juga dimensi keadilan (i’tidal). Sering penekanan pada moderasi mengabaikan prinsip keadilan,” ungkapnya lagi.
Ia menekankan bahwa Wawasan Wasatiyat Islam lebih dari sekedar moderasi, bahkan mencerminkan keseimbangan menyeluruh.
“Global Fulcrum of Wasatiyat Islam akan segera aktif mengarusutamakan wawasan tsb untuk dunia, khususnya umat Islam sedunia,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa