KedaiPena.Com- Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta M. Din Syamsuddin mengingatkan NATO dan Amerika Serikat (AS) telah melanggar kesepakatan. Din mengungkapkan pelanggaran kesepakatan oleh NATO dan AS itu terjadi pada akhir perang dingin Uni Soviet.
Demikian hal itu disampaikan eks Ketua PP Muhammadiyah tersebut saat memberikan kuliah umum dihadapan seratusan mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional
di Kazan Federal University, Kazan, Rusia, beberapa waktu lalu.
“Pada akhir Perang Dingin Uni Soviet bersetuju membubarkan diri dan Tembok Berlin yang membelah Berlin Barat dan Berlin Timur dirobohkan (sekaligus dua ideologi kaptalisme dan sosialisme) disatukan,” kata Din dalam keterangan tertulis, Senin,(20/5/2024).
Din menambahkan, pemimpin Uni Soviet kala itu Gorbachev mensyaratkan pada era pasca Perang Dingin NATO dan AS tidak melakukan gerakan ke Timur karena akan mengancam Rusia.
Namun, kata Din, sepuluh tahun kemudian yakni di awal 2000, NATO dengan dukungan AS mulai melakukan ekspansi ke Timur dengan membentuk pangkalan di Polandia dan Hungaria.
Din melanjutkan, selepas membentuk pangkalan di Polandia dan Hungaria, NATO dan Amerika Serikat (AS) berencana mendirikan pangkalannya di Ukraina.
“Inilah pangkal ketegangan dunia pasca perang dingin,” papar Din.
Din menjelaskan, jika mengacu Chaiman of Global Fulcrum of Wasatiyyat Islam atau Poros Dunia Wasatiyyat Islam operasi militer yang dilancarkan Rusia ke Ukraina beberapa tahun terakhir dapat dipahami sebagai mekanisme pertahanan diri.
“Namun perang bukan solusi. Perang hanya akan membawa kerusakan dan menimbulkan kesengsaraan bagi manusia,” jelas Din.
Din mendorong adanya solusi yang menyeluruh khususnya untuk menghadapi Dunia Multipolar pasca Perang Dingin.
Menurut, Chairman Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations/CDCC, dialog harus diutamakan.
“Sayangnya kekuatan dunia besar cenderung mempertahankan hegemoni, dan mau mengeluarkan milyaran dolar untuk membantu persenjataan kepada negara lain. Untuk itu diperlukan pemimpin negara negarawan yang mengambil prakarsa dialog antar bangsa dan peradaban,” papar Din.
Dalam kesempatan itu, banyak mahasiswa yang bertanya terkait dengan prospek hubungan Indonesia dan Rusia sebagai perwujudan perdamaian dunia, dan tata dunia baru yang adil dan beradab.
Din Syamsuddin hanya menjawab singkat. Bagi Din, hal itu sangat tergantung kepada Kepala Negara masing-masing apakah mereka punya wawasan perdamaian global atau tidak.
“Dan apakah mereka independen untuk tidak tergantung pada adi kuasa mana pun,” kata Din saat menjawab pertanyaan dari mahasiswa.
Laporan: Muhammad Lutfi