KedaiPena.Com – Anggota DPR Fraksi Partai Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin menilai, pernyataan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang tidak firm terkait Covid-19 dengan statement berbeda-beda membuat sesat rakyat.
“Disaat suasana yang sangat genting dan mengkawatirkan akibat pandemi, Menko Luhut Pandjaitan, seorang pejabat publik yqng menjadi panglima utama, untuk memerangi COVID-19 harusnya tidak membuat pernyataan yang setiap saat berubah-ubah bisa membingungkan masyarakat,” kata Didi kepada wartawan, Jumat, (16/7/2021).
Didi memandang, akibat statement Luhut itu ada masyarakat yang tetap kawatir dan waspada. Namun akibat pernyataan lainnya bahwa covid-19 terkendali.
“Bisa jadi mereka malah menjadi kurang waspada,” papar Didi.
Didi mengatakan, ada tiga pernyataaan Luhut yang tidak firm terkait COVID-19 dengan statement berbeda-beda. Pertama, penambahan kasus melandai setelah tanggal 12 Juli 2021.
“Kedua klaim situasi terkendali dan ketiga covid-19 varian delta sulit dikendalikan,” papar Didi.
Didi berharap, agar pemerintah dapat jujur dan angan memberi kesan kepada rakyat seolah-olah Indonesia baik-baik saja.
Menurut Didi, jika pemerintah tidak transparan maka akan bisa fatal. Sehingga rakyat menganggap ini hal biasa bukan hal gawat.
“Akibatnya penyebaran dan kematian terus makin meningkat,” kata Didi.
Didi dengan jelas menegaskan, jika berdasarkan fakta yang ada kasus harian COVID yang terdeteksi meroket hingga hampir 57.000 per 15 juli kemarin sudah menunjukkan keadaan memburuk.
“Jangan- jangan lebih dari itu jika swab lebih luas lagi dilakukan,” beber Didi.
Tidak hanya itu, lanjut Didi, belum lagi kondisi nyata di lapangan saat ini bahwa masyarakat tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dalam situasi darurat ini.
“Akibatnya, kematian banyak terjadi pada saat isolasi mandiri,” ungkap Didi.
Didi melanjutkan, angka kematian di rumah sakit juga meningkat akibat pasien datang ke rumah sakit dengan kondisi kritis dan butuh penanganan segera.
Namun, tegas Didi, penanganan tidak bisa dilakukan secara maksmial karena jumlah ruang ICU tidak mencukupi, kekurangan pasokan oksigen dan tenaga nakes terbatas.
Fakta lainnya, beber Didi, saat ini masyarakat kesulitan membeli obat-obatan khusus COVID-19 dan kalaupun ada jumlahnya terbatas dan harganya sangat mahal.
“Belum lagi tabung oksigen yang langka sehingga harga jadi meroket sangat tinggi. Sangat disayangkan pemerintah tidak mampu mengendalikan situasi lapangan tersebut dengan baik,” papar Didi.
Dari fakta yang ada, kata Didi, jumlah kasus baru dan kematian akibat COVID-19 trennya terus meningkat tinggi menunjukkan bahwa kondisi COVID-19 Indonesia memang tidak terkendali.
Didi pun meminta, agar langkah pemerintah harus jelas, terukur dan berdampak. Hentikan memainkan psikologi rakyat, membuat framing dengan statement-stament yang menyebutkan bahwa kasus COVID-19 bisa dikendalikan.
“Bahwa Indonesia baik-baik saja. Padahal bisa kita lihat sudah ada negara- negara yang mulai menarik warga negaranya dari Indonesia, kawatir keselamatan jiwanya. Apakah fakta-fakta ini tidak cukup untuk mengatakan keadaan sudah genting?,” tandas Didi.
Laporan: Muhammad Lutfi