KedaiPena.Com – Kota Tangerang Selatan (Tangsel) kerap dinobatkan menjadi kota dengan kualitas udara buruk.
Tidak tinggal diam, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tangsel terus meningkatkan inovasi dan teknologi untuk menyelesaikan masalah polusi udara.
Kepala DLH Tangsel, Wahyunoto Lukman mengatakan, pihaknya menggunakan sistem pemantauan teknologi ISPU.Net.
“ISPU merupakan indeks standar pencemaran udara yang bisa secara realtime kapan saja mengetahui tingkat pencemaran udara baik pm5 pm10 dan unsur kimia berbahaya yg mencemarinya,” kata Wahyu, sapaannya saat dihubungi Kedai Pena, Kamis (20/6/2024).
Kemudian, lanjut dia, teknologi yang digunakan bekerjasama dengan berbagai pihak seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN).
“Dengan BPBD dan BRIN kita adakan rekayasa cuaca apabila diperlukan, khususnya untuk menurunkan hujan yang dapat menguraikan polutan udara,” tandas dia.
Pemerintah dalam masa darurat polusi udara sebelumnya, membuat terobosan guna cegah polusi ura, yaitu membuat hujan buatan.
Proses teknologi modifikasi cuaca atau hujan buatan adalah dengan cara melakukan penyemaian awan (cloud seeding) menggunakan bahan-bahan yang bersifat higroskopik (menyerap air).
Hal tersebut membuat proses pertumbuhan butir-butir hujan dalam awan akan meningkat dan selanjutnya akan mempercepat terjadinya hujan.
Hujan buatan ini termasuk Teknologi Modifikasi cuaca (TMC). Metode ini tidak lepas dari ketersediaan yang diberikan oleh alam. Artinya, jika awannya banyak maka dapat menginkubasi lebih banyak dan otomatis akan menghasilkan hujan yang lebih banyak juga, begitu pun sebaliknya.
Namun, Namun, akademisi Umsida, Dr S Syahrorini ST MT tidak sepenuhnya sendapat jika adanya hujan buatan ini efektif tangkal polusi udara.
“Semua ini bergantung pada intensitas hujan dan ukuran partikel polusi, dan konsentrasi polusi. Jika intensitas hujan besar maka makin banyak partikel yang tertarik, akan tetapi jika konsentrasi polusi tinggi juga hanya sedikit yang tertarik oleh air hujan partikelnya dan tentunya hanya partikel yang berukuran lebih besar dari PM 2,5, terutama PM 10,” tandas Dr Rini dilansir dari laman Umsida.ac.id.
Dengan demikian, sambungnya, hujan buatan hanya bisa dijadikan sebagai solusi sementara atau solusi jangka pendek. Perlu pemecahan solusi jangka panjangnya dengan pengendalian sumber polusi yang ada.
Laporan: Ricki Sismawan