KedaiPena.com – Anggota Komisi I DPR RI, Fraksi PKS, Sukamta menyatakan dunia saat ini telah memasuki babak baru. Setelah sebelumnya, pada fase bipolar, kekuatan terbagi dua antara Uni Soviet dan Amerika Serikat, lalu fase unipolar dimana Amerika Serikat menjadi penguasa tunggal dunia, kini fase Multipolar.
“Pada fase ini, banyak negara baru yang bermunculan dan kekuasaan dunia pun mulai diramaikan dengan pendatang baru, penantang Amerika Serikat, yaitu China dan Rusia,” kata Sukamta dalam diskusi publik Forum Aktivis Nasional yang digelar secara hybrid, Sabtu (1/6/2024).
Ia juga menyampaikan percaturan global diramaikan oleh perang panas di dua titik dan satu kawasan yang juga berpotensi menjadi ‘hot spot’.
“Yang pertama adalah Israel Palestina, yang mempengaruhi keberpihakan negara lain dan melibatkan Amerika Serikat. Lalu, yang tidak dibayangkan adalah perang Rusia-Ukraina, yang juga melibatkan negara lain,” ucapnya.
Dan yang berikutnya adalah konflik di Asia Timur, yang melibatkan Taiwan, Jepang, China, dan Korea.
“Negara tersebut, dikabarkan baru saja melaksanakan pertemuan dan berbicara, untuk menghindarkan potensi yang memicu terjadinya perang,” ucapnya lagi.
Di tengah pusaran global tersebut, ia menegaskan bahwa Indonesia harus bergerak sesuai dengan national interest.
“Saat ini Indonesia cenderung terlihat bergerak ke kanan dan ke kiri. Karena apa? Belum tegas national interest-nya apa,” kata Sukamta.
Ia juga menyebutkan Indonesia juga tidak seperti negara lainnya, yang mulai melangkah menuju advanced technology.
“Indonesia malah terlihat sedang deindustrialisasi dan sibuk dengan pembangunan infrastruktur. Udah bangun banyak jalan, lalu bangun IKN, dengan mengemukakan banyak alasan. Kalau saya melihatnya, kurang imajinasi,” tuturnya.
Sukamta juga memaparkan, biaya pembangunan IKN membutuhkan sedikitnya Rp600 triliun. Belum termasuk dengan biaya pemindahan instansi maupun SDM.
“Misalnya, TNI dan Kemhan harus pindah ke IKN, karena untuk pengamanan. Untuk biaya pindahan itu kan membutuhkan dana. Kalau biaya pindahannya setara dengan anggaran satu tahun, lalu, untuk biaya pengamanan dari mana?” tuturnya lagi.
Terakhir ia memberikan usulan untuk mengeksplorasi sumber daya zona ekonomi eksklusif.
“Indonesia itu termasuk yang luas ZEE-nya. Coba itu dieksplorasi dan diberdayakan. Apa kerjasama yang bisa dilakukan dengan negara-negara Pasifik, yang mampu membuat Indonesia pun muncul sebagai salah satu kekuatan,” kata Sukamta lebih lanjut.
Atau setidaknya memiliki sesuatu yang membuat negara lain harus bergantung pada Indonesia.
“Misalnya, pengelolaan Selat Malaka secara optimal, secara bersama dengan Malaysia dan Singapura. Atau memberdayakan Laut Natuna maupun Laut China Selatan. Jadi jangan drama-drama saja di sana itu,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa