KALIAN berada di tangga Istana.
Senyum sumringah.
Bangga menyebar dari ubun-ubun.
Sampai mata kaki.
Kalian diperkenalkan.
Oleh pimpinan tertinggi.
Sebagai pemimpin dalam bidang masing-masing.
Dalam instansi megah.
Dengan imbalan gaji.
Fasilitas megah.
Kekuasaan bersinar.
Kalian adalah harapan rakyat.
Untuk mengelola negara.
Secara tertib.
Adil.
Beradab.
Cermat.
Kalian berada di tangga Istana.
Dengan begitu bangga.
Disaksikan ratusan juta rakyat.
Dan sanak keluarga yang ikut bangga.
Semua tergerus dalam suasana gembira.
Berharap ada perubahan.
Dari nestapa menjadi bahagia.
Kaki kalian di tangga Istana.
Dituntut untuk melangkah pasti.
Memakmurkan rakyat.
Menciptakan keputusan yang matang cerdas.
Dengan segala akal sehat.
Pantat kalian bertumpu pada tangga Istana.
Diharapkan tak lama-lama duduk di kursi kekuasaan.
Namun jalanlah ke sudut kota.
Jalanlah ke desa.
Lihat penderitaan rakyat.
Yang tak seimbang dengan orang-orang kaya.
Kalian yang berada di tangga Istana.
Kini sepatutnya memakai waktu.
Untuk mengeluarkan kebijakan cerdas.
Agar rakyat tak bingung.
Dan semakin nestapa.
Sebab peraturan yang kalian ciptakan.
Tanpa koordinasi satu sama lain.
Berjalan sendiri-sendiri.
Seenaknya sendiri.
Apakah agar kalian bisa dianggap jagoan sendiri.
Dengan dalih memikirkan rakyat?.
Kalian yang semula berada di tangga Istana.
Sadarkah kekuasaan bukan main-mainan.
Bukan uji coba yang sesuka hati dilempar ke rakyat?.
Tidakkah sumpah kalian begitu berat.
Bila dipertanggung
jawabkan di akhirat kelak.
Apa yang telah kalian lakukan selama ini untuk kemakmuran rakyat?
Ataukah untuk ambisi pribadi?
Tangga istana adalah saksi.
Bagi ratusan juta rakyat Menagih janji.
Oleh Linda Djalil, Wartawati Senior, Penulis