KedaiPena.Com – Di kalangan tokoh pergerakan kemerdekaan dulu ada fatsun “adab lebih tinggi dari ilmu”.
Meski mengenyam pendidikan dalam tradisi Barat mereka umumnya mampu menaruh hormat kepada para tokoh yang dianggap memberikan enlighten (mencerahkan) dan energizer (menggerakkan) kemajuan bangsa.
Tradisi mengedepankan “adab lebih tinggi dari ilmu” inilah yang tadi malam, Sabtu 17 Desember, ditunjukkan oleh tokoh nasional Dr Rizal Ramli yang secara khusus meluangkan waktu menghadiri haul ke 13 mengenang wafatnya presiden ke empat RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), di kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan.
Penghormatan Rizal Ramli kepada mendiang Gus Dur tak lekang oleh waktu dan dinamika politik yang terjadi. Baginya Gus Dur lebih dari sekedar orangtua atau kakak yang sangat dihormati. Gus Dur adalah “guru ideologis” yang ikut menularkan nilai-nilai kebenaran dan kejujuran kepada Rizal Ramli.
“Saya datang untuk menghormati Gus Dur sebagai tokoh demokrasi, yang sepanjang hidupnya berjuang untuk kemajuan Indonesia dan kesejahteraan mayoritas rakyat, serta menjadi pembela kelompok minoritas yang tertindas,” tandasnya kepada wartawan di sela-sela majelis tahlil yang dihadiri kaum Nahdliyin itu.
Lebih jauh Rizal Ramli mengenang kembali amanat Gus Dur saat ia dipercaya untuk mengemban berbagai jabatan penting di pemerintahan. Antara lain saat menjadi Kepala Bulog dan Menko Perekonomian.
“Pesan Gus Dur waktu itu sederhana sekali, yang penting senangkan hati rakyat. Karena itu saya mewujudkannya dengan membuat berbagai kebijakan ekonomi yang mensejahterakan rakyat,” ujar Rizal Ramli.
Hasilnya, prestasi cemerlang Rizal Ramli sebagai pejabat tinggi negara dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional dan menciptakan kesejahteraan rakyat di berbagai sektor hingga kini jejak rekamnya masih tersimpan di memori publik.
Rizal Ramli menilai Gus Dur mewarisi ciri tokoh-tokoh besar yang enlighten (mencerahkan) dan energizer (menggerakkan) terhadap kemajuan bangsa.
Yang menarik saat hadir di acara khaul Gus Dur tadi malam Rizal Ramli didampingi oleh putri sulungnya, Dhitta Puti Sarasvati, seorang penggiat di bidang pendidikan yang juga mengidolakan Gus Dur.
Saat tiba keduanya langsung memberikan hormat dan salam kepada Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, istri mendiang Gus Dur, yang duduk di kursi roda di panggung tempat acara berlangsung.
Nampak pula hadir juru bicara presiden Gus Dur, Adhie Massardi, KH Mustofa Bisri dan beberapa tokoh Nahdliyin lainnya.
Acara yang ditutup dengan doa-doa untuk Gus Dur itu berlangsung cukup khidmat. Doa untuk seorang tokoh penting yang pernah dimiliki oleh bangsa ini, dimana peran Gus Dur dapat dilukiskan dalam ungkapan “born to make history” atau lahir untuk membuat sejarah, bukan “born to make story”, atau lahir untuk sekedar membikin cerita, yang tanpa legacy pemikiran dan tindakan yang bermanfaat untuk rakyat, seperti yang nampak pada tabiat penguasa saat ini.
Laporan: Muhammad Rafik