KedaiPena.com – Fenomena pabrik tekstil bertumbangan hingga tutup operasi berlanjut di 2025. Hal ini dinyatakan sebagai akibat barang produksi yang tida laku dan tidak ada pesanan dari buyer.
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi mengungkapkan, ada 2 pabrik tekstil yang memproduksi benang, telah mengumumkan penutupan pabrik. Selain itu, satu perusahaan terkait tekstil, yang memproduksi sepatu merek internasional, juga mengumumkan rencana PHK massal di pabriknya.
Ini menambah derita pabrik tekstil di Indonesia.
Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament (APSyFI) melaporkan, total ada 60 pabrik yang telah melakukan efisiensi dengan pengurangan produksi maupun PHK massal dalam kurun waktu 2022-2024.
“Awal tahun 2025 sudah ada perusahaan yang plan PHK. Lokasinya ada di Kabupaten Tangerang, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Bandung. Yang di Kabupaten Bandung mau tutup, PHK 900-an pekerja dan yang di Subang, mau tutup, PHK sekitar 750 pekerja. Kedua perusahaan ini memproduksi benang,” kata Ristadi, ditulis Jumat (10/1/2025).
Ia menyebutkan, penyebabnya adalah barang produksi tidak laku dan tidak ada pesanan dari buyer. Dan ia pun mengungkapkan penutupan pabrik benang ini seakan mengonfirmasi, gelombang badai buruk di industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional masih belum reda.
“Ini perusahaan yang lapor saya saja loh ya, yang tidak lapor dan tertutup banyak. Saya hanya mau bilang, 2025 pekerja ada yg menikmati kenaikan upah, tapi ada yg terancam PHK,” ujarnya.
Itulah sebabnya, lanjutnya, data PHK yang dimiliki pemerintah selalu lebih rendah dari yang terjadi sebenarnya.
“Kemnaker (Kementerian Ketenagakerjaan) dan Dinas-Dinas tenaga kerja di daerah itu tidak jemput bola, cuma nunggu laporan dari pengusaha saja kalau ada PHK. Kadang terjadi jika PHK tinggi, tapi karena kepentingan politis Kepala Daerahnya ya tidak diekspose karena takut dicap jelek kinerjanya. Apalagi kalau Kepala Daerahnya mau maju lagi,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa