KedaiPena.com – Berinvestasi pada perusahaan Start-up dapat diklasifikasikan sebagai investasi dengan risiko tinggi bagi korporasi. Potensi untuk kehilangan nilai investasi sama besarnya dengan potensi mendapatkan keuntungan. Dan hal ini menjadi hal yang biasa bagi pemain saham yang membasiskan penilaian saham pada ketidakpastian dan proyeksi.
Analis MNC Sekuritas, Dr. (Cand) Edwin Sebayang, SE, MBA, menyatakan dalam menilai valuasi saham, selalu ada ketidakpastian.
“Persoalan utamanya adalah ketidakpastian dalam pengelolaan saham dan keyakinan bahwa estimasi akan sesuai dengan yang kita harapkan,” kata Edwin saat memulai paparan dalam Rapat Dengar Pendapat Umum, oleh Panja Investasi BUMN pada Perusahaan Digital, Komisi VI DPR RI di Ruang Rapat Komisi VI DPR RI, Gedung Nusantara Lt. 1 DPR RI, Rabu (29/6/2022).
Ia menyampaikan perusahaan start-up saat ini banyak sekali yang awalnya tidak untung, akibat banyak faktor. Tapi memiliki peluang untung dalam beberapa waktu di depan. Contohnya, Amazon, yang bisa mendapatkan keuntungan setelah 10 tahun.
“Justru, seninya pengusaha kan disitu. Membeli satu perusahaan yang sedang goncang atau merugi, lalu dibenahi, restruktur dan at the end bisa mengalami perbaikan, yang akan mengalami perkembangan ke depannya. Di masa krisis seperti sekarang kan banyak perusahaan distress, yang bisa memberikan banyak keuntungan,” urainya.
Terkait GoTo, Edwin menyatakan berdasarkan beberapa perhitungan yang dilakukan para analis dengan menggunakan beberapa mekanisme penghitungan Real Valuation, harga wajar atau fair price GoTo adalah Rp500 dalam time-frame 12 bulan ke depan.
“Harga wajar ini bisa dicapai lebih cepat atau lebih lambat, dengan memenuhi beberapa asumsi. Dan harga ini juga dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal, misalnya kebijakan The Fed maupun serangan Rusia ke Ukraina. Dalam forecast, pada tahun 2023 diperkirakan valuasi GoTo adalah sekitar Rp18 triliun, dengan nilai tinggi disumbangkan oleh e-commerce,” urainya lagi.
Dan ia menyatakan transaksi investasi Telkomsel akan menciptakan value dan menjadi penguat atau ekuitas dari perusahaan Gojek.
“Naik turunnya harga saham itu bisa dipengaruhi oleh faktor domestik, internal, eksternal dan persepsi dari pelaku pasar. Dan persepsi ini lah yang tidak bisa kita prediksi,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa