KedaiPena.Com- Partai Demokrat pimpinan Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY mendesak pemerintah dan partai politik pendukungnya fokus bekerja. Pasalnya saat ini rakyat Indonesia sedang mengalami kesusahan sehingga elit politik sebaiknya tak sibuk mengaku jika pemerintah mempunyai prestasi.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Herzaky Mahendra Putra pernyataan dan sindiran kepada AHY yang menyebut jika rakyat jika kondisi masyarakat lebih baik di bawah kepemimpinan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Padahal rakyat tidak merasakan manfaat apa yang dilakukan para elit itu. Lebih baik fokus saja bekerja yang memberikan manfaat untuk rakyat, jangan sibuk memikirkan kapan lagi bisa gunting pita,” ungkap Herzaky, Kamis, (13/10/2022).
Herzaky mengakui, banyak rakyat yang menyampaikan jika saat era kepimpinan SBY sebagai presiden serta partai penguasa Demokrat kehidupan jauh lebih baik dibandingkan saat ini.
“Rakyat yang menyampaikan ke kami, kalau pemerintahan era SBY dan Demokrat banyak yang jauh lebih baik dibandingkan sekarang. Harga-harga kebutuhan pokok naik terus sekarang, belum lagi listrik, gas, bensin juga ikut berkejaran naik, sedangkan gaji PNS, TNI, Polri naiknya jarang, baru 2 kali selama era Jokowi ini, dan itu pun kisaran 5 persen naiknya,” beber Herzaky.
Herzaky menuturkan, saat dirinya melakukan pengecekan benar saja di era SBY memimpin selama 10 tahun gaji PNS, anggota TNI, Polri, naik 9 kali, hampir tiap tahun. Bahkan, kenaikannya, kata Herzaky, berkisar 15-19 persen di lima tahun pertama.
“Tinggi sekali kenaikan gajinya di era SBY dibandingkan era Jokowi saat ini,” imbuh Herzaky.
Herzaky menambahkan, kemampuan daya beli masyarakat pun rata-rata meningkat 10,4 persen tiap tahunnya. Jauh di atas era Jokowi yang hanya 4,6 persen per tahunnya.
“Ini data Bank Dunia, bukan data lembaga pesanan atau data buzzer yang biasa dipakai pihak-pihak tertentu,” ujar Herzaky.
Herzaky melanjutkan, dari sisi kemiskinan, pemerintahan SBY selama 10 tahun (2004-2014) juga berhasil membawa 8,42 juta jiwa penduduk miskin lepas dari kemiskinan. Herzaky menegaskan, hal itu berjumlah 842 ribu setiap tahunnya.
“Jokowi lima tahun pertama sebelum pandemi saja hanya mampu menurunkan 2,93 juta jiwa penduduk miskin, atau rata-rata hanya 586 ribu jiwa per tahunnya. Kelihatan kan mana yang lebih baik? Belum kalau kita buka data pasca pandemi,” ungkap Herzaky.
Tidak hanya itu, tegas Herzaky, Jokowi selama lima tahun sebelum COVID-19 hanya mampu menurunkan kemiskinan menjadi 24,79 juta jiwa di 2019.
Hal Ini jauh berbanding terbalik, dengan keberpihakan Pemerintahan SBY kepada rakyat yang dimana jumlah penduduk miskin bisa turun hingga 27,72 juta jiwa pada tahun 2014.
“Padahal ada warisan 36,15 juta jiwa penduduk miskin dari era Megawati Soekarnoputri di tahun 2004 kepada SBY,” jelas dia.
Herzaky pun terheran-heran dengan klaim Ketua DPP PDIP Said Abdullah yang dengan bangga menyebut Presiden Jokowi berhasil menurunkan pengangguran sebanyak 140 ribu orang selama lima tahun atau rata-rata 28 ribu per tahun.
D”ari 7,24 juta jiwa di tahun 2014 peninggalan Pak SBY, menjadi 7,1 juta jiwa di 2019 era Jokowi,” ungkap Herzaky.
Herzaky menerangkan, di era SBY selama 10 tahun berhasil menurunkan angka pengangguran sebanyak 3,01 juta jiwa, alias 301 ribu per tahunnya. Herzaky menegaskan, rata-rata 301 ribu di era SBY tidak lagi menganggur jauh dibandingkan Jokowi yang hanya 28 ribu per tahunnya.
“Itu lebih tinggi mana, ya?,” pungkas Herzaky.
Laporan: Tim Kedai Pena