KedaiPena.Com – Publik dikejutkan dengan sikap Partai Demokrat (PD) yang memberikan dispensasi kepada empat Dewan Perwakilan Daerah (DPD) untuk memberikan dukungan kepada pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin.
Padahal sebelumnya partai berlambang bintang mercy tersebut sudah dipastikan akan mendukung pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
Ketua Bidang Advokasi dan Hukum Partai Demokrat Ferdinan Hutahaean mengatakan terdapat empat DPD yang diberikan dispensasi oleh pengurus pusat untuk mendukung pasangan Jokowi-Ma’ruf.
Keempat DPD tersebut, lanjut Ferdinand, ialah Papua, Jawa Timur, NTB, dan Sulawesi Utara. Ferdinand mengatakan dari 34 provinsi yang menggelar rapat koordinasi daerah (rakorda) sebenarnya ada 7 provinsi yang menginginkan Demokrat mendukung Jokowi.
Namun demikian, dari 7 provinsi tersebut hanya 4 provinsi yang keinginannya sangat tinggi sehingga DPP mempertimbangkan untuk memberi dispensasi.
Istilah bermain ‘dua kaki’ pun kini disematkan kepada partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono. Namun demikian melakukan gaya main seperti ini, bagi Demokrat bukanlah hal yang baru.
Berkaca pada Pilpres 2014 yang mempertemukan pasangan Jokowi- Jusuf Kalla dengan Prabowo-Hatta Rajasa sedianya Demokrat sudah bermain ‘dua kaki’ pada kontestasi tersebut.
Demokrat yang memang tidak bisa kembali mengusung kembali Ketua Umumnya Susilo Bambang Yuhdhono kala itu lantaran sudah maju dua kali sebagai Presiden.
Keputusan netral yang diambil pada hasil rapimnas Partai Demokrat 18 Mei 2014, berbalik 360 derajat sebulan kemudian. Demokrat memutuskan untuk mendukung pasangan Prabowo-Hatta Rajasaja.
Kala itu alasan Demokrat untuk merapatkan barisannya kepada pasangan Prabowo-Hatta Rajasa setelah mendengarkan visi-misi yang dipaparkan oleh pasangan tersebut.
“Menurut Partai Demokrat, Prabowo-Hatta mendukung dan melanjutkan pemerintahan SBY maupun program kesejahteraan rakyat SBY,” ucap Ketua Harian Partai Demokrat Syarief Hasan.
Namun demikian, sama seperti saat ini, dukungan Partai Demokrat terbelah ke dua kubu baik Jokowi-JK ataupun Prabowo-Hatta. Kala itu, politik nyentrik Partai Demokrat Ruhut Sitompul kekeh memberikan dukungannya kepada pasangan Jokowi-Jusuf Kalla.
Sejurus kemudian, Demokrat pun dianggap sebagian kalangan tidak total sehingga menyebabkan Prabowo-Hatta keok.
Pengamat Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati menilai, apa yang terjadi kepada Demokrat saat ini memang tak bisa dilepaskandari dinamika internal partai yang mengalami ‘post power syndrome’ paska 10 tahun berkuasa.
“Dalam hal ini mereka berupaya untuk masuk ke ranah kekuasaan dengan cara apapun,†ujar dia dalam perbincangan dengan KedaiPena.Com, Selasa (11/9/2018)
Namun demikian, lanjut Wasisto, Demokrat tidak memikirkan dampak buruk dari hal tersebut. Demokrat tidak melihat hal ini akan menjadi preseden negatif untuk partainya.
“Padahal ini akan menjadi preseden negatif PD yang inkonsisten dalam sikap politiknya. Ya saya pikir berdampak kredibilitas politik kader di mata kader parpol lainnya,†ujar dia.
Direktur Direktur Eksekutif Institute For Policy Studies Muhammad Tri Andika mengatakan, SBY sengaja membiarkan kondisi ini sebagai bagian dari politik dua kaki. Karena, SBY merasa Demokrat tidak terlalu memiliki saham besar dan hanya menjadi penumpang terakhir di koalisi Prabowo-Sandi.
Namun demikian, Andika mengingatkan, jika nantinya SBY tidak mengambil sikap dan membiarkan hal ini terus terjadi, maka kepemimpinannya di Demokrat patut dipertanyakan.
“Ini bisa mencerminkan leadership SBY yang tidak kuat dalam mendisiplinkan kader-kadernya. Di kabinet nanti, dia akan dapat porsi minimalis. Elektoralnya pun demikian. Sebab, identitasnya tidak jelas,†pungkas Andika.
Sementara itu, Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera melihat sikap Demokrat yang memberikan dispensasi kepada kadernya untuk mendukung Jokowi-Ma’ruf sebagai seni berpolitik. Ia pun mengaku yakin Demokrat akan habis-habisan mendukung pasangan Prabowo-Sandiaga pada Pilpres 2019.
“Dispensasi mesti dilihat sebagai kasus khusus. Justru itulah indah dan seninya politik. Siapa baper justru kalah. Prabowo-Sandi memberi kepercayaan penuh pada parpol koalisi,†tutup inisiator #2019gGantiPresiden.
Laporan: Muhammad Hafidh