Kedaipena.com – Rupanya ada kelompok yang tidak menyukai konsep Nasionalisme Agama Komunis (Nasakom) yang ditawarkan oleh presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno.
“Di mata kelompok tertentu, tiga unsur tersebut merupakan hal yang tidak mungkin diterima,” kata sejarawan, sekaligus dosen politik Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, Peter Kasenda kepada Kedaipena.com saat ditemui dalam acara ‘Belok Kiri Festival’, di LBH Jakarta, Minggu (6/3).
Dia menambahkan, kelompok tertentu itu menilai Nasakom mustahil diapresiasi semua rakyat Indonesia. Tapi, Bung Karno adalah sosok yang pandai berpidato tak pernah kehabisan ide.
Ia kemudian mencari sistem yang didasarkan oleh sistem tradisional desa. Ia mengadakan diskusi dan konsensus di bawah bimbingan tetua desa.
“Usul Nasakom agar menjadi konsep pemerintahannya tujuannya untuk memenuhi tiga faksi utama dalam politik Indonesia. Seperti tentara, kelompok-kelompok Islam, dan komunis.
Pada 1965, Soekarno yang berjuluk ‘Putra Sang Fajar’ kemudian secara gamblang mengkritik demokrasi parlementer. Ia menyatakan bahwa itu didasarkan oleh konflik inheren yang berlawanan dengan gagasan harmoni Indonesia, sebagai keadaan alami antar hubungan manusia.
Dengan adanya dukungan kuat dari militer pada Februari 1965, ia berani menyatakan ‘demokrasi terpimpin’, serta mengajukan kabinet yang akan mewakili seluruh partai politik penting kala itu, termasuk Partai Komunis Indonesia (PKI).
(Rizki/Prw)