KedaiPena.com – Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami deflasi sebesar 0,03 persen (month to month/mtm) pada Agustus 2024. Deflasi ini dipicu oleh penurunan harga pangan bergejolak antara lain bawang merah, daging ayam ras, tomat dan telur ayam ras. Laporan ini menjadikan deflasi terjadi selama empat bulan berturut-turut.
Menyikapi hal tersebut, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengatakan, kondisi itu disebabkan deflasi terjadi karena harga-harga pangan yang menurun drastis, yang menjadi pertanda bahwa pemerintah mampu mengendalikan harga pangan secara baik.
“Enggak, enggak (alarm). Kan pangan yang pemicunya, berarti kan berhasil pengendalian pangan, jadi lebih ke pangan ya, kan pangannya deflasi gede,” kata Destry di Gedung DPD RI, Jakarta, dikutip Selasa (3/9/2024).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun menganggap, deflasi empat bulan beruntun yang terjadi saat ini tidak mencerminkan daya beli masyarakat yang tengah tertekan.
Ia mengatakan, ukuran daya beli masyarakat yang terlihat dalam inflasi biasanya tercermin dari terus tertekannya angka inflasi inti. Sementara, deflasi yang terjadi saat ini lebih karena anjloknya inflasi bahan pangan bergejolak atau volatile food.
Disampaikan oleh BPS, angka inflasi inti per Agustus 2024 di level 0,20 persen naik tipis dari bulan sebelumnya di level 0,18 persen. Sementara itu, harga pangan bergejolak deflasi sebesar 1,24 persen, melanjutkan tren deflasi bulan sebelumnya di level 1,92 persen.
“Kalau lihat dari core inflation-nya masih positif, mungkin bukan dari situ,” kata Sri Mulyani saat ditemui di kawasan Gedung DPD RI, Jakarta.
Ia menjelaskan bahwa pemerintahan memang mengupayakan untuk menurunkan harga pangan, karena harga pangan yang tinggi, terutama harga beras, dinilai memberatkan masyarakat.
“Waktu itu inflasi dari unsur harga pangan kan cukup tinggi terutama dari beras, kemudian el nino, jadi kalau penurunan koreksi terhadap harga pangan itu menjadi tren yang positif,” ucapnya.
Namun, ia mengingatkan pemerintah tentu tetap waspada terhadap data-data strategis tersebut. Hanya saja, ia menekankan, deflasi empat bulan beruntun itu tidak disebabkan angka inflasi inti yang ambruk, sehingga menandakan daya beli masyarakat turun.
“Kita akan tetap waspada ya, kalau kita lihat core inflation-nya masih cukup bagus dan masih tumbuh, ya itu oke,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa