KedaiPena.Com – Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( APBN) kemungkinan makin melebar. Hari ini, sejumlah media ramai memberitakan kabar buruk itu, mengutip pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang Rabu kemarin kembali dilantik menjadi Menteri Keuangan pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Perkiraan soal defisit itu, disampaikan Sri Mulyani di Jakarta pada Kamis (24/10/2019), usai menghadiri Rapat Kabinet Terbatas di Istana Negara. Melihat penerimaan dari sejumlah sektor yang kurang membaik, kata Sri Mulyani, defisit kemungkinan melebar.”
Mantan Menteri Kordinator Perekonomian pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, Rizal Ramli, menegaskan bahwa tim ekonomi pemerintahan kita memang sudah sanggup mendeteksi melebarnya defisit APBN itu.
Tapi solusi yang mereka pikirkan, yang disiapkan, dan kemudian ditempuh selalu sama atau yang itu-itu saja.
“Coba cari cara lain, dan hindari solusi tambah utang, sebab cara itu memang terhitung cukup mudah tapi bebannya paling berat,” kata Rizal Ramli di Jakarta.
Selama ini, kata Rizal, ‘tax ratio’ kita cukup rendah lantaran tim ekonomi hanya menghabiskan energi untuk menguber wajib pajak yang kecil-kecil dan menengah. Akibatnya realisasi penerimaan pajak kita tidak mencapai target. Sampai akhir Desember 2019 diperkirakan 82-85 % dari 1. 577, 56 triliun yang dipatok pada APBN 2019.
Rizal mengusulkan agar tim ekonomi serius mengejar big fish atau wajib pajak besar, korporasi besar, dan perusahaan asing yang selama ini beroperasi di Indonesia.
“Toh pemerintah di negara asal para korporasi itu sangat sangat ketat dalam soal pajak. Tim ekonomi, harus lebih kreatif dari sekedar ngutang doang,” lanjutnya.
Baru-baru ini Sri Mulyani menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan( PMK) Nomor 144 tahun 2019 tentang Perkiraan Defisit dan Tambahan Pembiayaan Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun anggaran 2019, yang dianggap sebagai solusi atas defisit itu.
Kalau solusinya utang lagi, kata Rizal, disamping menjadi beban di masa yang akan datang, itu menjelaskan bahwa kita memang miskin kreatifitas dalam menggali sumber penerimaan yang lain. Seharusnya, tambah Rizal, tim ekonomi lebih berani dan kreatif mencari sumber pendapatan yang lain.
Laporan: Sulistyawan