MESKIPUN pada sesi pertanyaan masyarakat ada sedikit terganggu karena ada penanya yang artikulasi pertanyaanya kurang jelas sehingga harus dibantu sang moderator Ira Koesno, tetapi secara umum debat antar cagub-cawagub DKI putatan terakhir berlangsung lebih aspiratif, detail dan menohok.
Pada sesi awal nampak para cagub-cawagub belum fokus ketika Ira Koesno bertanya tentang problem merumuskan APBD yang seringkali terkendala lobi-lobi para anggota Dewan. Solusi membangun komunikasi efektif antara Gubernur dengan DPRD belum terjawab jelas oleh keduanya.
Ketika pertanyaan spesifik dilontarkan Ira Koesno terkait fakta masih ada 1 juta warga Jakarta yang belum berjamban sehat, dijawab para cagub dengan jawaban yang tidak spesifik. Tidak ada satu cagub pun yang menjawab solutif, Ahok menjawab dengan RPTRA dan Anis menjawab dengan memberikan penyadaran kepada masyarakat.
Secara umum meski tidak menjawab persoalan, dari segi komunikasi politik pada segmen awal ini Anies relatif lebih unggul.
Pada segmen pertanyaan masyarakat terkait program KUR yang dikeluhkan masyarakat. Ahok menjawab dengan jelas. Ahok mengatakan menyediakan dana Rp1 triliun per tahun tetapi hanya Rp300 miliar yang digunakan masyarakat.
Sebenarnya jawaban ini bisa menjadi peluru Anis untuk menyerang balik Ahok bahwa rendahnya daya serap UMKM yang hanya 30 persen adalah fakta kegagalan atas rumitnya UMKM menyerap dana yang tersedia. Tapi unik, serangan balik ini tidak dilakukan Anis.
Ketika disinggung soal kendala sarat jaminan Ahok menjawab dengan mewajibkan buka rekening bagi UMKM sehingga arus kas keuangan diketahui, itu saratnya, bukan jaminan. Keluhan masyarakat tentang sarat jaminan dinilai salah paham oleh Ahok, faktanya masyarakat mengalami kesulitan.
Pada pertanyaan ini cara Sandi menjawab dengan menunjukan fakta antusiasme dua puluh ribuan warga Jakarta ikut program Oke Oce terasa memiliki greget. Bahkan Sandi menyebut nama penanya Ibu Hermawati dengan jelas sebagai bentuk ekspresi spontan tapi detail sang pemimpin mengenal rakyatnya.
Ini hal yang belum dilakukan Ahok-Djarot pada sesi sebelumnya. Baru pada sesi berikutnya Ahok-Djarot mulai sebut nama penanya.
Ketika menjawab pertanyaan Pak Daryono tentang transportasi Anis memulainya dengan kata, ‘matur suwun’. Ini tentang ekspresi sopan santun pada diri Anis yang iya tunjukan secara spontan.
Anis kemudian menjelaskan ingin seluruh mode transportasi diintegrasikan, biayanya terintegrasi, manajemenya terintegrasi. Kesejahteraan pengemudi atau supir terjamin. Jadi pemda subsidi atau menanggung ongkos transportasi publik.
Ahok menjawab pertanyaan serupa dengan mengatakan sebenarnya sudah menggratiskan warga yang pendapatanya di bawah UMP asal memberitahu pendapatanya melalui mekanisme tertentu, ini semua dilakukan melalui e-ticketing.
Menurut Anis justru di situ persoalannya. Ahok nampak berusaha menjawab dengan fakta yang telah dikerjakan sementara Anis melihat fakta tersebut memiliki kelemahan.
Terkait dengan pertanyaan pak Sukarto, warga rusun Jatinegara yang mengatakan rusunnya sering bocor dan harus bayar sewa bulanan, jawaban Ahok sangat mengejutkan. Ahok mengatakan itu resiko karena yang bangun rusun tersebut kontraktornya maling.
Kata maling ini patut dicatat publik, Ahok dimana saat bangun rusun tersebut? Malingnya siapa? Pertanyaan Ini sebenarnya bisa dipakai Anis untuk menyerang balik Ahok, lagi-lagi Anis tidak melakukan serangan balik.
Ahok kemudian mengatakan bahwa rusun tidak bayar, itu hanya kontribusi, persepsi yang berbeda dengan penghuni rusun, sebab bagi penghuni rusun bayar kontribusi sama saja dengan sewa karena harus bayar rutin.
Ketika perwakilan nelayan, Iwan mengeluh sebagai nelayan yang sudah turun temurun tetapi seperti tidak diakui keberadaanya setelah ada reklamasi.
Ahok menjawab bahwa tidak ada niat usir nelayan. Tetap ada tempat sandar untuk nelayan. Buat tanggul untuk sandar perahu, dan nelayan akan ditata tinggal di pinggir tanggul. Di wilayah angke akan dibuat restoran apung dan nelayan boleh tinggal di pulau reklamasi.
Ahok menjawab dengan gamblang bahkan menunjukan gambar desain reklamasinya. Ini poin tersendiri kelebihan Ahok sebagai petahana. Anis menjawab dengan menyodorkan data bahwa ada 12.000 nelayan yang tidak terdata dalam statistik DKI yang seharusnya diakui sebagai warga, mereka harus diperhatikan.
Anis juga dengan tegas menolak reklamasi karena selain resiko dampak lingkungan diantaranya banjir rutin juga peruntukan reklamasi itu untuk siapa? Anis berjanji nelayan akan diberi modal, edukasi dan fasilitas. Saat ini nelayan minim edukasi utk nelayan, perlu dibuat SMK Kelautan. Pada segmen ini performa Ahok dan Anis sama sama kuat.
Pada segmen cawagub vs cawagub, Djarot pada awalnya menguasai persoalan karena terkait peran wagub dalam merencanakan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) yang dijelaskan secara detail mulai dari musrenbang. Sandi nampak kurang memahami hal itu, bahkan sempat bertanya tentang arti KUA yang dimaksud Djarot.
Tetapi kemudian pertanyaan Sandi tentang cara pengendalian harga sembako di DKI, Djarot cukup kesulitan menjawabnya karena dinilai Sandi itu hanya janji-janji, faktanya rakyat masih mengeluh harga cabai dan lain-lain.
Cara Sandi menjelaskan hal tersebut sangat menguasai, misalnya menurut Sandi melalui kerjasama dengan UMKM, memastikan pasokan sembako dengan memutus mata rantai pasokan sembako yang terlalu panjang.
Pada segmen ini performa kedua cagub menunjukan sama sama memiliki kelebihan. Djarot karena pengalaman sebagai wagub sementara Sandi karena pengalaman sebagai pebisnis.
Pada segmen cagub vs cagub ketika Anis mempertanyakan dengan menyebut fakta 116.000 warga jakarta usia sekolah yang tidak sekolah, Ahok menjawabnya dengan memberikan pekerjaan paruh waktu dan pelatihan bersertifikat. Jawaban yang menarik tetapi tidak menjawab bagaimana membuat mereka bisa berpendidikan.
Anis tidak menyerang balik Ahok tetapi dengan memberi solusi melibatkan ‘civil society’ dan pihak swasta dalam menangani fakta tersebut. Ketika Ahok bertanya tentang reklamasi dan rumah tanpa DP, Anis menjawab menolak reklamasi dan menyediakan rumah tanpa DP dalam bentuk rumah milik yang disediakan pemerintah bekerjasama dengan swasta.
Menjawab pertanyaan ini Anis nampak kurang detail. Segmen ini nampak sedikit lebih dikuasai Ahok.
Dari fakta debat diatas dapat disimpulkan bahwa pada segmen 1 sampai 3 lebih dimenangkan Anis-Sandi, pada segmen 4 cawagub vs cawagub sama sama kuat dan pada segmen 5 lebih dimenangkan Ahok dan segmen 6 sama sama kuat.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan perfirma Anis-Sandi lebih unggul tipis dibanding Ahok-Djarot. Problemnya adalah Debat sesungguhnya tidak terlalu signifikan mempengaruhi elektabilitas kecuali hanya sekitar 5 persen saja dari penonton, itupun jika mereka ‘swing voters’ (mudah berubah) atau ‘undecided voters’ (belum menentukan pilihan), faktanya penonton debat mayoritas adalah ‘strong voters’ (pemilih setia yang secara kuat sudah menentukan pilihan dan tak tergoyahkan).
Pada akhirnya penentu kemenangan adalah mereka yang memilih pada 19 April mendatang. Semoga terpilih gubernur dan wakil gubernur yang pro rakyat. Selamat memilih!
Oleh Ubedilah Badrun analis politik Universitas Negeri Jakarta.