KedaiPena.com – Daya beli masyarakat selama kuartal pertama 2024, dinilai masih lemah dinilai belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,91 persen atau di bawah angka pertumbuhan ekonomi, yaitu 5,11 persen.
Peneliti ekonomi makro dan keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Riza Annisa Pujarama mengungkapkan konsumsi rumah tangga tidak optimal, padahal ada faktor musiman pemilihan umum (Pemilu) dan Ramadhan.
“Konsumsi rumah tangga tidak optimal masih dibawah pertumbuhan ekonomi. Padahal momentumnya banyak sekali,” kata Riza dalam salah satu diskusi, ditulis Rabu (8/5/2024).
Ia menyebutkan lebih rendahnya laju pertumbuhan “tulang punggung” ekonomi Indonesia itu menandakan adanya permasalahan terkait daya beli masyarakat.
“Salah satu penyebabnya ialah pendapatan masyarakat, khususnya kelas menengah, yang cenderung tumbuh stagnan,” ungkapnya.
Padahal di sisi lain, laju inflasi komoditas pangan berada dalam tren kenaikan sejak awal tahun, di mana pada Maret lalu inflasi komponen harga bergejolak mencapai 10,33 persen.
“Mereka menahan konsumsinya apalagi di kelas menengah yang tidak mendapat bantalan sosial,” ungkapnya lagi.
Laju inflasi komoditas pangan itu menjadi sorotan, sebab kenaikannya jauh lebih pesat dibanding laju kenaikan upah buruh, di mana rata-rata upah buruh selama periode Februari 2023 – 2024 hanya mencapai 3,27 persen. Dengan melihat data-data tersebut, pemerintah dinilai perlu untuk mengambil langkah menjaga daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah, guna mempertahankan laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga, yang ke depannya akan dihadapi berbagai tantangan.
“Jangan hanya penduduk berpenghasilan rendah saja, tetapi kita perlu memperhatikan kelompok menengah juga,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa