Artikel ini ditulis oleh Salamuddin Daeng, Pengamat Energi, Peneliti Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia (AEPI).
Batubara jelas izinnya legal, gak pake debat, kirim ke Singapura, jadikan batu urukan. Indonesia dapat uang, Singapura dapat material urukan. Coba hitung sebanyak 700 juta ton batubara sama dengan 400 juta meter kubik. Kalau ditimbun ketinggian 30 meter maka maka bisa dapatkan daratan seluas 1500 hektar dalam setahun. Lumayan sekali. Cukup untuk pemukiman 50 ribu KK.
Seiring isu transisi energi, harga batubara makin tidak laku, semua orang takut memakainya sebagai bahan bakar karena dipandang sebagai perbuatan tercela dan kotor. Karena batubara kategorinya energi paling kotor yang mengotori udara bumi dewasa ini.
Kalau demikian maka Indonesia bisa mengekspor batubara sebagai tanah urukan atau kepentingan reklamasi. Dengan demikian perbankan masih bisa membiayai eksploitasi batubara dan perbankan tidak terkena larangan untuk membiayai energi kotor. Alasan yang dipakai bank adalah mereka membiayai ekploitasi batubara untuk reklamasi pantai Singapura bukan untuk dibakar di China, India, Korea dan Jepang.
Pemerintah Indonesia tetap dapat mencapai target ekspor batubara 700 juta ton yang direncanakan Presiden Jokowi dalam rangka memompa devisa negara yang sulit sekali nambah. Harga batubara sekarang masih 100 an dolar per ton. Jika dipakai sebagai tanah atau batu urukan reklamasi mungkin harganya bisa nambah sedikit.
Dengan konsep ini maka perusahaan batubara tidak perlu ditendang ke sana kemari oleh bank dan enggan untuk dibiayai. Ingat bahwa ini telah dialami oleh Adaro salah satu perusahaan batubara terbesar di dunia yang di kick oleh perbankan internasional Jepang, Hongkong dan Eropa. Ingat bahwa bahwa bank bank besar telah menyatakan komitmen untuk berhenti membiayai energi kotor. Bank bank BUMN yang sebelumnya ngoyo, sekarang sudah menyerah pada transisi energi atau isu perubahan iklim. Buktinya bank bank BUMN beramai-ramai menerbitkan green bond. Surat utang selain green bond tentu tidak laku lagi.
Jaman sekarang jaman sulit uang, liquiditas ketat, apalagi menjelang pemilu serentak uang yang diperlukan sangat besar. Sementara uang besar seperti ini tidak bisa datang serempak sebagaimana pemilu serempak. Apa mau jadi pemilu kere?
Daripada debat panjang soal ekspor pasir, lebih baik bujuk Singapura agar impor batubara untuk dijadikan tanah urukan, sebagai bagian dari usaha mengurangi emisi dua belah pihak. Karena batubara ini tidak dibakar tapi dibenamkan lagi ke bumi sebagai urukan. Itu juga adalah kontribusi pada isu iklim. Bagaimana Kang Mas?
Laporan: Ranny Supusepa