Artikel ini ditulis oleh: Steph Subanidja, Guru Besar Ilmu Manajemen, Dekan Sekolah Pascasarjana, Institut Perbanas, Pemerhati Manajemen Berkelanjutan,
KEBERLANJUTAN kini bukan lagi sekadar slogan, melainkan strategi inti yang menentukan masa depan Indonesia. Pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka melalui Asta Cita menempatkan keberlanjutan sebagai misi utama menuju Indonesia Emas 2045. Di tengah krisis lingkungan global dan ketimpangan sosial yang kian nyata, produk perbankan berbasis ESG (Environment, Social, Governance) muncul sebagai solusi strategis yang mengintegrasikan tanggung jawab lingkungan, sosial, dan tata kelola ke dalam praktik sektor keuangan. Sebagaimana disampaikan oleh Ketua OJK, Mahendra Siregar, pada peluncuran panduan Climate Risk Management & Scenario Analysis (CRMS) di Jakarta, 4 Maret 2024, bahwa “produk ESG adalah kebutuhan, bukan lagi tren.” Lantas bagaimana ESG dapat menginisiasi perubahan?
Peran Produk ESG dalam Perubahan
Produk ESG seperti Green Loans, Social Impact Bonds, dan Green Bonds memainkan peran kunci dalam membantu Indonesia mencapai target pengurangan emisi karbon sebesar 31,89% pada 2030, sebagaimana dijanjikan dalam Perjanjian Paris. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia pada 29 November 2023, menegaskan bahwa “produk berbasis ESG adalah landasan penting untuk stabilitas ekonomi yang tidak hanya menguntungkan secara finansial tetapi juga bertanggung jawab secara sosial.”
Green Loans menjadi salah satu contoh konkret keberlanjutan. Produk ini mendanai proyek-proyek ramah lingkungan seperti pembangkit listrik tenaga surya di Jawa Tengah yang menciptakan lebih dari 5.000 lapangan kerja dalam dua tahun terakhir. Bank Mandiri dan BRI telah juga mengalokasikan dana hingga triliunan rupiah untuk mendukung proyek energi terbarukan, menjadikan pinjaman hijau sebagai motor penggerak bisnis yang lebih ramah lingkungan.
Sementara itu, Social Impact Bonds mendanai proyek sosial seperti pembangunan 1.000 unit rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah di Jakarta Timur, sebagaimana diungkapkan dalam laporan Bank Mandiri pada awal 2024. Produk ini juga mendukung program pelatihan keterampilan digital bagi 2.000 perempuan di pedesaan Sulawesi Selatan, yang disampaikan pada acara Corporate Social Responsinility (CSR) Bank Mandiri bulan Februari 2024.
Permintaan terhadap Green Bonds terus meningkat dengan total emisi di Indonesia mencapai USD 2,5 miliar pada 2023, menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemimpin kawasan Asia Tenggara dalam pembiayaan keberlanjutan. Data ini dirilis oleh OJK pada laporan tahunan sektor perbankan awal 2024.
Dampak Finansial dan Sosial
Produk ESG tidak hanya memberikan dampak positif bagi lingkungan tetapi juga menghasilkan pengembalian finansial yang kompetitif. Menurut laporan Morningstar pada 2023, dana ESG di Amerika Serikat menghasilkan pengembalian rata-rata 12% per tahun, dibandingkan dengan 8% pada produk non-ESG. Di Indonesia, OJK melaporkan bahwa nasabah yang berinvestasi pada produk ESG mencapai 2,5 juta orang pada akhir 2023, meningkat 30% dari tahun sebelumnya.
Manfaat ini juga terlihat dalam survei global KPMG pada 2023 yang menemukan bahwa 72% nasabah lebih setia kepada bank yang menyediakan produk ESG. Data ini mencerminkan tren global dan lokal bahwa nasabah semakin sadar akan pentingnya investasi yang tidak hanya menguntungkan tetapi juga memberikan dampak sosial.
Tantangan dan Langkah Ke Depan
Meskipun potensinya besar, implementasi produk ESG tidak bebas dari tantangan. Salah satu kendala terbesar adalah kurangnya pemahaman tentang konsep ESG, baik di kalangan nasabah maupun lembaga keuangan itu sendiri. Sebagian besar bank masih dalam tahap awal mengintegrasikan prinsip ESG ke dalam portofolio mereka. Selain itu, biaya awal untuk implementasi standar ESG sering kali menjadi penghalang bagi bank kecil. Namun, langkah-langkah strategis ini telah diambil untuk mengatasi hambatan ini, walaupun masih tahap awal. Pemerintah bersama OJK terus mendorong edukasi melalui kampanye publik dan pelatihan bagi bank.
Masa Depan yang Berkelanjutan
Keberhasilan Indonesia dalam mencapai target pembangunan berkelanjutan sangat bergantung pada peran sektor keuangan dalam mendukung produk ESG. Bank tidak lagi hanya menjadi tempat menyimpan uang, tetapi juga menjadi mitra strategis dalam menciptakan masa depan yang lebih baik. Dengan mengalokasikan dana untuk proyek ramah lingkungan dan sosial, produk ESG membuktikan bahwa keuntungan finansial dapat berjalan seiring dengan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.
Dalam kata-kata Mahendra Siregar, “Perbankan berkelanjutan adalah langkah ke depan yang memastikan bahwa setiap rupiah yang diinvestasikan membawa dampak positif.” Ke depan, produk ESG akan menjadi motor utama yang menggerakkan ekonomi hijau Indonesia.
Dari Green Loans hingga Social Impact Bonds, perbankan tidak lagi sekadar menyimpan uang, tetapi menjadi agen perubahan yang menciptakan dampak sosial, lingkungan, dan ekonomi. Dengan dukungan kebijakan yang kuat dan komitmen dari sektor perbankan, Indonesia berada di jalur yang tepat menuju visi Indonesia Emas 2045.
(***)