KedaiPena.com – Lonjakan harga komoditas secara signifikan, dinyatakan mampu membantu pemerintah dalam menjaga subsidi energi dan sekaligus mempertahankan tingkat hutang negara.
Direktur IDEAS, Yusuf Wibisono menyatakan tercatatnya surplus APBN selama lima bulan bukanlah suatu prestasi.
“Surplus ini lebih karena faktor eksternal, yaitu tingginya harga komoditas, terutama batu bara dan sawit. Penerimaan negara dari sektor perkebunan dan pertambangan naik sangat signifikan. Di saat yang sama, belanja negara justru mengalami perlambatan, meski sudah tertolong kenaikan belanja subsidi BBM,” Kaya Yusuf saat dihubungi, Rabu (29/6/2022).
Tapi Yusuf mengakui, surplus ini memiliki dampak positif. Yaitu, di bidang subsidi energi dan sektor utang negara.
“Pertama, kenaikan harga BBM, terutama pertalite dan pertamax, dapat ditahan. Dengan surplus APBN yang besar, pemerintah mampu menjamin harga pertalite di Rp7.650 per liter dan pertamax di kisaran Rp12.500,” ucapnya.
Hal yang sama juga berlaku untuk harga LPG 3 Kg dan listrik. Karena, subsidi energi diperkirakan melonjak dari kisaran Rp150 triliun menjadi kisaran Rp500 triliun.
“Kedua, turunnya penerbitan SBN dan pembuatan utang baru. Dengan APBN mengalami surplus dan belanja negara cenderung lambat, pemerintah menurunkan penerbitan surat utang negara, sehingga penambahan stok utang pemerintah dapat ditekan,” ucapnya lagi.
Yusuf menyebutkan jika surplus APBN ini dialihkan ke pos lain selain subsidi, diperkirakan penyerapannya akan lambat.
“Kita lihat yang sudah dianggarkan saja sangat lamban realisasinya. Misalnya, anggaran PC-PEN, sejak awal pandemi selalu rendah. Tahun 2020, realisasi anggaran PC-PEN hanya di kisaran 83 persen, menyisakan anggaran tak terpakai hingga Rp115 triliun. Di tahun 2021, realisasi anggaran PC-PEN semakin memburuk, hanya di kisaran 79 persen, menyisakan anggaran tak terpakai hingga Rp160 triliun. Dan kini, di pertengahan Juni 2022 realisasi PC-PEN baru mencapai kisaran 25 persen, padahal ukuran anggaran PC-PEN thn 2022 hanya Rp455 triliun, jauh lebih rendah dari anggaran PC-PEN tahun 2020 dan 2021 yang masing-masing Rp695 triliun dan Rp745 triliun,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa