KedaiPena.com – Masuknya Indonesia menjadi anggota BRICS, dinyatakan bisa memberikan dampak negatif juga, selain beberapa keuntungan positif di bidang perekonomian.
Ekonom Senior Indef Tauhid Ahmad menilai keanggotaan RI di BRICS bisa memengaruhi hubungan ekonomi dengan Amerika Serikat. Salah satu kemungkinannya adalah kenaikan tarif ekspor.
“Responsnya nanti kemungkinan ya the worst case-nya kita kena tarif. Kenaikan tarif, ya Amerika biasa saja kita tidak mendapatkan special prevention tarif. Sebelumnya, biasa saja itu dicabut, sehingga konsekuensinya tarif ekspor kita ke Amerika bisa lebih tinggi,” kata Tauhid, ditulis Minggu (12/1/2025).
Tapi, menurutnya, keanggotaan BRICS bisa mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap dolar AS. Sehingga nilai tukar masing-masing negara terhadap dolar bisa lebih stabil.
Tauhid menambahkan, masuknya Indonesia ke BRICS juga bisa mengurangi hambatan perdagangan dengan negara anggota yang lain.
“Nah, ini dilakukan melalui tadi perdagangan antarnegara bilateral atau multilateral di antara negara BRICS itu tidak lagi menggunakan US dollar ya, tapi menggunakan apa namanya menggunakan nilai tukar masing-masing negara begitu. Nah, sehingga dolarnya enggak perlu keluar masuk dari negara tersebut sehingga lebih stabil,” paparnya.
Namun, Tauhid juga mengingatkan potensi gempuran produk impor jika tidak siap bersaing dengan sesama anggota BRICS.
“Risiko terbesarnya kalau kita enggak siap, ya misalnya importasi bisa saja lebih tinggi, begitu ya kan. Kalau kita membuka pasar lebih besar, maka ekspornya juga harus diperbesar, gitu kan. Kita membuka diri, ya otomatis kalau enggak punya daya saing, ya bisa jadi importasi kita dari Cina bisa jadi lebih besar lagi, kan. Risikonya seperti itu,” pungkasnya.
Seperti diketahui, Indonesia resmi bergabung dengan aliansi ekonomi dan politik BRICS, 6 Januari lalu. BRICS adalah akronim dari Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan.
Masuknya Indonesia menjadi anggota BRICS merupakan hasil dari keterlibatan aktif pemerintah dalam aliansi tersebut selama beberapa tahun terakhir.
Laporan: Ranny Supusepa