KedaiPena.Com – Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak yang sangat sulit, baik itu dalam situasi sosial, ekonomi, budaya, kesehatan. Semakin sulitnya ekonomi yang dirasakan oleh pekerja harian, buruh, pedagang, nelayan, petani dan sektor lainnya.
Di antara sektor yang terdampak adalah perkebunan kopi di dataran tinggi Danau Toba, Sumatera Utara. Mereka dihadapkan pada harga komoditas yang rendah dan mengalami kerugian.
Nico Fransisco Silalahi, Koordinator Komunitas Pemerhati Kopi, Circle Concordia Coffee mengatakan, beberapa petani kopi menyampaikan bahwa pengumpul atau tengkulak kopi juga kewalahan dalam menampung hasil panen petani, karena akses pendistribusiannya saat ini sangat sulit. Hal ini semakin menyebabkan turunnya harga kopi.
“Kami melakukan survei di beberapa desa di dataran tinggi Toba, ada yang melakukan menebang pohon kopinya, dan diganti menjadi kebun tanaman hortikultura dan pangan. Padahal, kebun tersebut dapat dijadikan kebun polikultur tanpa harus melakukan penebangan,” ujar Pema, sapaannya.
Fakta lapangan lain yang ditemukan Pema, ada lagi yang sama sekali tidak melakukan pemanenan. Jika dilakukan terus, hal ini akan berdampak pada kerusakan kebun kopi tersebut. Dan akan membuat penurunan produksi pada musim panen berikutnya.
“Penurunan produkai karena terjadi peningkatan populasi hama selama kebun tersebut tidak lakukan pemanenan saat ini,” Pema menambahkan.
Jika hal tersebut dilakukan, kata Pema lagi, banyak petani kopi di dataran tinggi Danau Toba ke depan kita akan mengalami penurunan produksi besar-besaran, hingga dalam kondisi terburuk, krisis kopi.
“Oleh karena itu, sangat perlu kita mengulurkan seruan bantuan untuk sama sama menghadapi situasi saat ini. Adapun tindakan nyata yang perlu dilakukan adalah bergotong royong atau kolektif untuk membeli hasil panen petani kopi di atas harga saat ini. Ini dilakukan untuk membantu petani kopi, untuk dapat memenuhi kebutuhan pokoknya,” jelas dia.
Pema menambahkan, adapun harga rata-rata buah kopi ‘cherry‘ merah jenis ‘arabica‘ di beberapa desa adalah Rp5.000/kg. Lalu dinaikkan Rp8.000/kg.
Sementara untuk harga kopi yang sudah berbentuk ‘green bean‘ yang dikerjakan melalui pola ‘semi washed‘ adalah Rp100.000 per kilogram. Lalu kopi dalam bentuk bubuk atau ‘powder‘, dihargai Rp100.000 per 500 gram.
“Untuk pemesanan, dapat menghubungi ‘Instagram‘ kami di Circle Concordia Coffee, @circleconcordiacoffeec3. Atau kontak ‘Whatsapp‘ di 085297893241. Pemesanan bisa melalui rekening BNI 0614032651 atau BRI 109601022476508. Kedua rekening atas nama Riska Dayanti Situmorang,” papar Pema.
Dengan berjalannya roda ekonomi petani kopi, akan menginisiasi pemuda desa sebagai ‘processor‘ kopi untuk dapat melakukan aktivitas panen dan pasca panen.
‘Processor‘ adalah orang yang melakukan pengolahan pasca panen kopi, seperti penjemuran kopi sampai jadi beras kopi atau ‘green bean‘.
“Kita juga berupaya mengedukasi petani untuk bisa mendapatkan nilai ekonomi dari tanaman lainnya sebagai tanaman pendamping,” Pema berujar.
Adapun skema kerja kolektif panen dan pascapanen yang didampingi oleh komunitas ini ada di beberapa daerah dataran tinggi Toba.
Pertama Desa Perjuangan, Sumbul, Kabupaten Dairi. Kedua di Desa Aek Natolu, Lumban Julu, Kabupaten Tobasa. Ketiga di Desa Sigulok, Kabupaten Humbahas.
Keempat di Desa Dolok Tolong, Kaupaten Dairi. Kelima Desa Pangururan, Kabupaten Samosir. Keenam Desa Kuta Rakyat, Kabupaten Karo.
“Dalam situasi yang sulit saat ini, kita berharap untuk saling membantu sebagaimana untuk dapat menjaga ketahanan kita bersama dalam menghadapi pandemi ini,” tandas Pema.
Laporan: Muhammad Lutfi