KedaiPena.Com – Dihadirkannya Chloroquine menjadi salah satu perawatan bagi pasien covid 19, menimbulkan beberapa reaksi. Salah satunya adalah keraguan akan efek obat ini pada covid 19 yang belum teruji secara klinis. Walaupun pada beberapa kasus, Chloroquine membawa efek positif bagi pasien covid 19.
Farmakolog dari FK Universitas YARSI Dr. dra. Risdawati Djohan, M.Kes, Apt. menjelaskan bahwa Chloroquine ini adalah obat malaria yang saat ini dinyatakan kurang efektif karena alasan resistensi.
“Selain sebagai obat malaria, dalam dosis tinggi Chloroquine juga digunakan untuk Rheumatoid Arthritis, yaitu suatu peradangan sendi akibat sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringannya sendiri,” kata dr. Risda saat dihubungi, Senin (23/3/2020).
Ia melanjutkan, menurut Drugbank, Chloroquine digunakan secara off label bagi perawatan rematik serta untuk perawatan dan prophylaksis (metode pencegahan) virus Zika.
“Saat ini, Chloroquine masih dalam proses uji klinis untuk perawatan covid 19. Literatur Maret 2020, menyatakan Chloroquine ini mampu mengganggu sel target dari covid 19,” ucapnya.
dr. Risda juga menambahkan bahwa dalam literatur International Pulmonologist Consensus on covid 19 memang disebutkan bahwa Chloroquine termasuk obat yang memiliki potensial untuk digunakan sebagai perawatan covid 19.
Secara lebih rinci, Guru Besar Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Prof. Dra. Apt. Zullies Ikawati, PhD memaparkan bahwa Chloroquine memiliki efek antiviral yang kuat terhadap virus covid 19 dengan cara meningkatkan pH di dalam yang menghambat replikasi virus.
“Selain itu, obat ini juga berinteraksi dengan reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) selular yang menyebabkan penghambatan terhadap ikatan virus dengan reseptor, sehingga dapat mencegah infeksi maupun penyebaran virus SARS-CoV. Karena jenis virusnya mirip, maka diduga juga dapat dipakai untuk mengatasi infeksi virus SARS-CoV2,” kata Prof. Zullies saat dihubungi secara terpisah.
Terkait keefektifan obat ini, ia menyatakan karena uji klinik yang dilakukan di Cina menunjukkan hasil yang baik, diharapkan akan memberikan efektivitas serupa untuk covid 19 di Indonesia.
“Sebagaimana obat, apalagi termasuk obat keras, klorokuin memiliki beberapa efek samping. Efek samping klorokuin bisa terjadi dalam waktu segera maupun jangka waktu yang lama jika klorokuin dikonsumsi. Efek sampingnya pun bisa bersifat ringan sampai berat,” ujarnya mengingatkan.
Beberapa efek samping ringan yang dapat terjadi dengan penggunaan Chloroquine antara lain adalah sakit kepala, kehilangan nafsu makan, diare, gangguan lambung, sakit perut, gatal, rambut rontok dan perubahan mood.
“Pasien yang diberikan Chloroquine harus langsung menemui petugas medis jika mengalami penglihatan kabur, seperti melihat kilatan cahaya, gangguan penglihatan (seperti huruf hilang saat membaca, penglihatan berkabut, obyek terlihat separuh), telinga berdenging, kelemahan otot, muntah, denyut jantung tidak teratur, sampai kejang dan kesulitan bernafas,” katanya tegas.
Prof Zullies mengakui bahwa tidak semua efek samping ini pasti terjadi tapi setiap orang berisik mengalami efek samping tersebut.
“Terjadinya efek samping juga dipengaruhi oleh dosis maupun berapa lama obat digunakan,” tandasnya.
Ia juga menekankan bahwa obat ini hanya boleh diberikan dengan resep dokter dan sesuai regulasi.
“Obat ini bertanda lingkaran merah dengan huruf K, yang artinya obat keras. Jadi penggunaannya mestinya dengan pengawasan dokter dan berdasarkan resep dokter. Dalam terapi covid 19, obat ini ditujukan kepada mereka yang sudah positif corona maupun yang suspek, bukan untuk pencegahan,” pungkasnya.
Laporan: Aan