KedaiPena.Com – Putri Wakil Presiden terpilih KH Ma’ruf Amin, Siti Nur Azizah berkomitmen untuk menjadi pemimpin inklusif dan membawa kemaslahatan bagi masyarakat Tangerang Selatan (Tangsel).
Hal tersebut disampaikan oleh Azizah
mendatangi kantor Sekretariat DPC PSI Tangerang Selatan (Tangsel) untuk menyerahkan berkas pendaftaran konvensi calon Wali kota Tangsel dalam Pilkada 2020 mendatang, Sabtu (5/10/2019).
“Sesuai kaidah Ushul Fiqh menjadi pemimpin Tangsel yang inklusif yang membawa kota yang harmoni baik dinamika kehidupan keagamaannya, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang tujuannya untuk kemaslahatan secara umum,” ungkap Azizah.
“Oleh sebab itu, kedatangan saya ke PSI ini untuk mengikuti proses penjaringan konvensi calon wali kota Tangsel. PSI sejalan dengan tagline untuk membangun Tangsel yang lebih maju,” sambung Azizah.
Azizah menambahkan, bahwa visi dan misi dirinya sejalan dengan PSI yang mengusung tema toleransi, pluralisme dan keberagaman di Indonesia.
“PSI sendiri di Kota Tangerang Selatan sendiri meraih 4 kursi di DPRD Tangsel dalam Pileg 2019 kemarin dan sebagai partai baru yang mengusung tema toleransi, pluralisme dan keberagaman sejalan dengan komitmen saya,” papar Azizah.
Sebelumnya, Putri Wakil Presiden terpilih, KH Ma’ruf Amin, Siti Nur Azizah mengaku sangat mengenal kota Tangerang Selatan (Tangsel).
“Tangsel dengan 7 kecamatan dan 54 kelurahan. Penduduknya kurang lebih hampir 1,6 juta dan luasnya 147,19 km adalah permatanya Tangsel dan juga Indonesia,” ujar Azizah kepada KedaiPena.Com, Kamis (8/8/2019).
Tangsel sendiri, lanjut Azizah, merupakan daerah yang sangat memiliki potensi seperti pembangunan infrastruktur dan pembangun postur anggaran APBD dan PAD yang mencapai Rp5 triliun.
“Angka tersebut sangat memadai untuk memberikan layanan publik yang baik,” tutur perempuan yang disebut-sebut akan maju pada pemilihan Wali Kota Tangsel tahun depan.
Tidak hanya itu, Azizah mengakui, Tangsel memiliki potensi SDM terbaik di Banten dengan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang bertaraf internasional.
“Selanjutnya potret masyarakat Tangsel adalah masyarakat urban serta inklusif yang 40 persen di antaranya adalah komunitas Tionghoa. Tentunya menjadi modal yang baik untuk bisa lebih terbuka menerima perubahan dalam proses pembangunan Tangsel,” ungkap Azizah.
Meski demikian, Azizah menilai, pemerintahan kota saat ini belum mampu memberikan pemerataan kemajuan dan kesejahteraan untuk masyarakat Tangsel.
“Disamping juga melakukan penguatan civil society agar terbentuk masyarakat Tangsel yang tidak hanya religius tapi juga harmoni dalam relasi sosial keagamaannya dengan membangun inklusifitas beragama dan konektivitas potensi yang ada sehingga dapat memberikan layanan publik yang lebih baik, meminimalisir disparitas yang terlalu jauh dalam layanan publik kepada masyarakat,” pungkas Azizah.
Laporan: Sulistyawan