Artikel ini ditulis oleh Ahmad Khozinudin, Sastrawan Politik.
Kurang apa lagi pelecehan partai terhadap rakyat. Mereka, selalu menipu dan mengabaikan rakyat.
Partai, tak pernah mengikuti kehendak rakyat, padahal katanya kedaulatan di tangan rakyat.
Saat rakyat mayoritas menolak IKN, orang Partai di DPR malah mengesahkan UU IKN.
Saat rakyat hak nya dirampas oleh UU Cipta Kerja yang pro oligarki, orang partai di DPR malah mengesahkan UU ini tengah malam.
Baca juga: Paramadina: Kelakuan Kaesang Sama Persis dengan Anak Pejabat Orde Baru
Begitu berhasil dibatalkan MK, Presiden terbitkan Perppu. Begitu rakyat menolak Perppu, orang partai di DPR kembali mengesahkan Perppu tersebut menjadi UU.
Saat Pilkada Jakarta juga sama. Saat rakyat Jakarta menginginkan pemimpin sesuai aspirasi, partai malah tampilkan badut badut politik.
Ada PKS, yang membuang Anies karena tak cukup kursi. Begitu ada putusan MK, tetap saja pro KIM Plus dan meninggalkan Anies yang didukung rakyat.
Saat Anies datang ke PDIP, PDIP juga membuang Anies berdalih ada tekanan dari Mulyono. PDIP lebih menuruti tekanan Mulyono ketimbang tekanan rakyat. Katanya partai wong cilik?
Setelah rakyat kecewa, sakit hati dan marah, orang partai masih tak punya malu, meminta rakyat nyoblos di TPS.
Sadar, rakyat tak mau nyoblos calon dari partai, buru-buru narasinya diubah nyoblos semua.
Biar seolah, ada dukungan bagi partai dan calon mereka di pilkada dengan adanya partisipasi rakyat.
Enak saja! Memangnya, rakyat cuma tukang coblos? Kenapa suara rakyat diminta, tapi aspirasinya diabaikan?
Kenapa calon berasal dari partai, minta dipilih oleh rakyat? Pilih saja sendiri, melalui antek-antek partai.
Rakyat sudah cerdas, rakyat punya nalar dan nurani. Rakyat bukan tukang coblos. Rakyat bukan kerbau yang bisa digiring ke TPS, lalu diminta nyoblos calon partai.
Baca juga: Jerry Massie: Jokowi Turun, Selesai Pula Perjalanan Kaesang
Sesekali, rakyat yang sombong kepada partai. Tak perlu datang ke TPS, Golput agar partai tahu diri. Agar partai tidak jumawa, mengabaikan aspirasi rakyat.
Rakyat punya hak, untuk tidak menggunakan haknya. Rakyat, punya kepentingan untuk menghukum oligarki dan partai politik.
Ikut nyoblos berulang kali, hadiahnya malah pemimpin korup. BBM naik, pajak naik, listrik naik, semua kebutuhan hidup naik.
Minta dipilih, begitu terpilih zalim dan menyusahkan rakyat. Korup dan khianat terhadap rakyat. Sudah, coblos saja sendiri, tidak usah ajak rakyat kalau aspirasinya selalu diabaikan.
[***]