KedaiPena.Com – Konservasionis Sahat Panggabean menduga, bahwa ‘cukong’ dari Didin (48) pencuri cacing sonari di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) tidak hanya sekedar mengincar keuntungan saja.
“Dugaan saya ini bukan hanya bicara keuntungan saja. Saya takut mereka akan mengambil spesies kita ini dan dibawa keluar negeri. Mereka mencari hewan-hewan yang memiliki senyawa aktif yang cukup tinggi seperti cacing Sonari untuk diisolasi dan dilakukan penelitian di sana,” papar Sahat kepada KedaiPena.Com, di Jakarta, ditulis Kamis (18/5).
Sahat menjelaskan, cacing sonari sebagai salah satu endemik di Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango bisa dikategorikan sebagai hewan yang memilki senyawa aktif.
Karena, kata Sahat, cacing sonari terbiasa berada diketinggan 2000 meter di atas permukaan laut dan juga memiliki panjang yang tidak seperti cacing pada umumnya.
“Bayangkan suatu hewan seperti cacing bisa semahal itu. Pasti karena mereka punya senyawa aktif yang tinggi,” imbuhnya.
Senyawa aktif sendiri ditemukan pada hewan yang berada di ketinggian atau di laut dalam.
“Kita biasanya hanya bisa menyelam sampe 10 meter kenapa hewan sampai 50 meter masih bertahan disitu dengan tekanan udara sebesar itu? Karena mereka punya senyawa aktif itu,” beber Sahat.
Lebih jauh, lanjut Asisten Deputi Lingkungan Kemenko Kemaritiman, setelah diteliti dan diisolasi cacing sonari yang mempunyai senyawa kimia biasanya akan dijadikan obat-obatan. Setelah itu, obat-obatan ini berpotensi besar diklaim oleh negara yang memproduksi.
“Biasanya yang mengincar endemik yang memiliki senyawa kimia seperti Cacing Sonari ialah Jepang, Cina dan Korea Untuk itu membudidayakan cacing sonari ini sangat penting. Agar negara lain tidak bisa mengklaim,” tandas Sahat.
Laporan: Muhammad Hafidh