KedaiPena.com – Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menyebutkan pihak yang paling dirugikan dengan maraknya impor produk asing saat ini adalah industri kecil menengah (IKM), bukan usaha kecil dan menengah (UKM).
“Karena kalau UKM itu ada yang memproduksi barang dan jasa, ada yang menjual juga. Ada yang menjual barang-barang domestik, ada juga UKM yang menjual barang impor. Kalau IKM itu murni memproduksi jadi IKM adalah yang paling terdampak,” kata Faisal, Sabtu (27/7/2024).
Ia menilai, barang-barang impor yang masuk ke Indonesia, akan menjadi pesaing dari produk serupa yang diproduksi IKM dalam negeri.
“Ini sudah terjadi lama, sudah hampir 20 tahun. Itulah mengapa sekarang industri kecil dan menengah seperti industri tekstil, pakaian jadi, sepatu, yang dulunya ada, sekarang tutup,” urainya.
Untuk menyikapi kejadian tersebut, ia menyatakan perlunya kebijakan yang bersifat permanen dan berkelanjutan untuk menjaga IKM Indonesia
Faisal menilai apabila Indonesia ingin memprioritaskan IKM terutama industri yang padat karya harus ada kebijakan yang komprehensif.
“Ini mulai dari bukan hanya pada aspek pembiayaan tapi juga sampai kepada kebijakan perdagangannya, akses pasarnya harus dipastikan. Kebijakan dalam negeri harus mengakomodasi berpihak pada IKM di dalam negeri. Disamping itu tentu saja hal-hal yang terkait dengan pendampingan teknis untuk IKM agar mereka bisa kompetitif di dalam negeri,” tandasnya.
Laporan: Ranny Supusepa