KedaiPena.com – Keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan menjadi 4.75, dinyatakan sebagai langkah yang sudah dipertimbangkan dengan prinsip kehati-hatian.
Direktur Riset CORE, Piter Abdullah menyatakan bahwa harus lah dipahami keputusan menaikkan suku bunga acuan BI merupakan upaya menjaga ‘spread’ atau rentang suku bunga BI dengan The Fed.
“Sepanjang sejarah kita, tidak pernah spread suku bunga acuan kita dengan The Fed itu hanya satu persen. Karena kalau selisihnya hanya satu persen, itu terlalu sempit. Karena tidak cukup untuk menutup risiko investasi di Dollar dengan investasi di Rupiah,” kata Piter, Minggu (23/10/2022).
Kalau spread yang terlalu sempit ini dibiarkan maka modal asing akan keluar. Yang nantinya akan membuat Rupiah semakin tertekan.
“Orang tidak akan mau investasi di Rupiah. Mereka investasinya di Dollar. Biasanya spread ini antar 2 hingga 3 persen,” ujarnya.
Piter menyebutkan spread tersebut memiliki peluang untuk menjadi semakin sempit karena sampai akhir tahun diperkirakan The Fed masih akan menaikkan suku bunga-nya hingga 100 basis poin.
“Kalau BI tidak menaikkan suku bunga, akhir tahun nanti, suku bunga BI dengan The Fed jadi sama. Kalau ini terjadi, maka modal asing akan pindah semua ke Dollar. Karena Rupiah ini ada risikonya, termasuk depresiasi,” ujarnya lagi.
Kondisi nilai tukar Rupiah dengan Dollar saat ini, dinyatakan Piter sebagai bentuk kekhawatiran investor akan langkah The Fed yang masih akan menaikkan suku bunga.
“Saat ini selisihnya 150 basis poin. Kalau akhir tahun The Fed menaikkan kembali suku bunganya dan BI tidak, maka spread itu akan menyempit. Ini lah yang membuat Rupiah saat ini masih terus merangkak naik, karena Dollar terus menguat,” katanya.
Ia mengungkapkan kemungkinan besar BI akan menyesuaikan jika The Fed kembali menaikkan suku bunga-nya.
“Menurut saya, kisaran 150 ini cukup lah. Tidak terlalu kecil tidak terlalu besar,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa