KedaiPena.Com – Unit kegiatan mahasiswa pecinta alam bebas, Cipta Ceria Alam (Cicera) Universitas Pancasila (UP) merupakan organisasi penggiat alam bebas yang dibentuk pada tanggal 20 Juli 1986.
Cicera dirintis oleh 10 mahasiswa dari berbagai fakultas dengan mengadakan sayembara untuk membuat logo penggiat alam bebas tersebut.
Di bawah komando Yaumil yang merupakan ketua pertama Cicera, mereka pun akhirnya memilih logo yang dibuat oleh mahasiswa Fakultas Teknik UP, pada saat itu.
Lambang Cicera sendiri terdiri, dari lingkaran dasar putih yang berarti niat baik. Lalu lingkaran dasar kuning yang berarti cita-cita dan harapan. Serta lingkaran dasar biru yang berarti warna almamater UP.
“Warna gunungan hijau yang artinya alam, dan 4 buah gunung yang menandakan 4 fakultas pendiri Cicera. Serta huruf C ditengah logo yang berarti Cicera,” ungkap Adinda Khairunissa, mantan humas Cicera saat dihubungi oleh KedaiPena.com, Jumat (9/12).
Adinda menjelaskan, kegiatan awal Cicera di bawah kepemimpinan Yaumil adalah melakukan ekspedisi ke gunung Borneo, Sabah. Lalu, juga melakukan pembangunan MCK di sekitar Kali Ciliwung.
“Anggota tetap ada 233 orang. Dan pendidikan dasar bagi yang bernama Latihan Bina Lapangan (LBL) dengan fungsinya untuk pendidikan dan kaderisasi,” kata dia.
“Setelah LBL ada perjalanan lanjutan sesuai divisi yang diminati, hingga dinilai layak menjadi anggota,” tambah dia.
Dia melanjutkan, Cicera juga sering melakukan kegiatan gabungan dengan mapala-mapala lain.
“Seperti, latihan gabungan caving kemarin yang melibatkan mapala-mapala se-Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi,” terang dia.
Mahasiswa jurusan psikologi angkatan 2012 ini pun juga mencermati, kondisi-kondisi gunung di pulau Jawa yang mulai mengkhawatirkan. Karena, banyak pendaki yang tidak memperhatikan kebersihan dan keasrian gunung-gunung tersebut.
“Banyak yang mendaki cuma untuk foto-foto selfie saja. Tapi, ketika turun sampah yang mereka hasilkan tidak mereka bawa turun kembali. Lalu juga menebang dan memetik tanaman dengan seenaknya, tanpa adanya upaya reboisasi kembali,” geram dia.
Dinda pun menyarankan, seharusnya di setiap gunung dapat diberlakukan peraturan yang tegas. Demi terjaganya kelestarian gunung-gunung.
“Seperti setiap pendaki wajib membawa turun sampah yang dia hasilkan ke bawah. Jika tidak, berlakukan denda yang sesuai dengan sampah yang ia hasilkan. Kalau tidak, setiap rombongan pendaki wajib membawa dan menanam pohon,” tandas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh