KedaiPena.Com- Pemerintah Indonesia berencana akan melakukan kerja sama dengan China untuk mengembangkan teknologi penanaman padi di Kalimantan Tengah atau Kalteng.
Kabar itu disampaikan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marcos) Luhut Binsar Pandjaitan.
Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menilai, rencana pengembangan teknologi pertanian dari China sedianya harus jadi pelecut semua pihak untuk berbenah.
“Bahwa inisiatif-inisiatif lokal, baik oleh para ahli, petani maupun yang lain untuk terus memperbaiki pertanian padi sebaiknya terus didorong,” katanya, Rabu,(24/4/2024).
Khudori meminta, pemerintah dapat membangun sebuah ekosistem memungkinkan tumbuh-kembangnya benih yabg baik. Salah satu yang bisa dilakukan, kata dia, adalah penetapan harga yang rasional.
“Benih yang baik pasti harganya mahal. Kalau penetapan harganya tidak rasional seperti sekarang, yang terjadi adalah benih yang tak terjamin alias ‘abal-abal’. Petani dirugikan,” papar dia.
Di luar itu, lanjut dia, inisiatif para pengembang benih padi lokal yang merakit tahan genangan 21 hari dengan survival rate 90% atau kelebihan-kelebihan lain bakal jauh lebih berguna.
“Karena benih ini memang dirakit untuk menjawab masalah yang ada dan riil di masyarakat petani,” tegas dia.
Ia juga mengingatkan, meskipun produktivitas padi di China tinggi dan mengalahkan Indonesia. Namun, jangan lupa, produktivitas padi petani Indnesia jauh meninggalkan petani Vietnam, dan Thailand.
“Indonesia hanya kalah dari China. Produktivitas di China tinggi karena lebih dari separuh benih yang ditanam benih padi hibrida. Sebaliknya, benih padi hibrida di Indonesia masih kecil porsinya,” ungkap dia.
Ia mengakui, problem pertanian padi di Indonesia adalah biaya usaha tani yang mahal. Terutama untuk sewa lahan dan biaya tenaga kerja.
“Dua pos itu sekitar 75-80% dari total produksi biaya usaha tani. Ini yang membuat harga padi atau beras Indonesia mahal dan tak kompetitif dengan Thailand atau Vietnam,” tegas dia.
Ia lantas mempertanyakan, apakah pengembangan teknologi padi dari China bakal menurunkan biaya sewa lahan dan tenaga kerja. Ia pun ragu hal tersebut bakal menurunkan biaya sewa.
“Belum tentu. Bisa saja jika teknologi padi introduksi dari China itu diterapkan di lahan HGU dalam luasan tertentu dengan praktik mekanisasi penuh yang membuat biaya sewa lahan dan tenaga kerja menurun,” tandasnya.
Laporan: Tim Kedai Pena