KedaiPena.Com – Food & Hotel Indonesia 2017 bakal diselenggarakan untuk ke-14 kalinya. Inilah kegiatan pameran yang akan memberikan kesempatan besar bagi pelaku pariwisata di Indonesia, termasuk para chef dan barista.
Food & Hotel Indonesia (FHI) 2017 merupakan kegiatan penyedia perlengkapan industri pariwisata bertaraf internasional. Pameran pariwisata ini akan dilaksanakan pada 5-8 April di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta. Sebagai sebuah event, FHI ini sudah cukup mapan, karena sudah memasuki pelaksanaan ke-14.
Kegiatan utama FHI 2017 ini adalah Salon Culinaire Chefs Competition. Di situ para chef muda Indonesia mengadu kebolehan dalam Salon Culinaire di luar negeri dengan membawa nama Indonesia ke ajang internasional. Tujuannya adalah menumbuhkan rasa lebih mengenal dan mencintai makanan maupun minuman para chef ataupun barista Indonesia bertaraf international. Karena itu, tema yang diusung adalah “Salon Culinaire 2017 Chefs Competitionâ€.
“Dengan penyelenggaraan FHI 2017 diharapkan terjadi peningkatan kontribusi sektor pariwisata dan tumbuhnya peluang usaha masyarakat, khususnya industri makanan dan minuman. FHI 2017 merupakan barometer pertukaran wawasan secara langsung di antara para pelaku industri pariwisata bidang produsen perlengkapan dan penyedia makanan dan minuman,” kata Esthy Reko Astuty, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata.
Esthy menjelaskan, FHI 2017 bakal menempati area seluas 35.000 meter persegi, dengan 1.600 peserta produk bertaraf nasional dan internasional, dan target pengunjung mencapai 30.000 orang. Secara total yang tercatat 1.611 perusahaan dari 47 negara menampilkan produk, keahlian, dan layanan untuk perkembangan sajian makanan, minuman, hotel, dan industri pariwisata di Indonesia. Hal ini dapat menciptakan ketertarikan bagi para pengunjung karena menyaksikan secara langsung ajang kompetisi barista Indonesia bertaraf international, dimana kopi menjadi produk unggulan Indonesia terhadap industri kopi dunia.
“FHI 2017 juga meningkatkan apresiasi masyarakat atas pentingnya peran industri makanan dan minuman dari berbagai negara dan mengenalkan produk makanan dan minuman Indonesia ke kancah dunia,” tambah Esthy. FHI 2017 diselenggarakan oleh PT Pamerindo Indonesia melalui Kementerian Pariwisata, bekerjasama dengan Association of Culinary Proffessionals, Salon Culinaire Chefs Competitions, Barista Guild Indonesia, dan Speciality Coffee Association of Indonesia. FHI 2017 turut didukung oleh asosiasi pariwisata, di antaranya Indonesian Food & Beverages Association (IFBA), Association of Culinary Professional (ACP), Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI), Barista Guild of Indonesia (BGI), Indonesian Cold Chain Association (ICCA), Indonesian Retail Merchants Association (IRMA), Indonesian Fishery Product, Processing & Marketing Association (IFPPMA), dan Indonesia Packaging Federation (IPF).
Tiap tahunnya FHI dilaksanakan secara rutin, bergantian antara Jakarta pada tahun ganjil dan Bali pada tahun genap. Pada 2016, yang menjadi tema FHI adalah Bali. Pameran Food, Hotel & Tourism Bali 2016 diikuti 777 peserta pameran dari 36 negara, seperti Argentina, Australia, Belgia, Kanada, Chile, China, Denmark, Prancis, Jerman, Yunani, HongKong, dan Italia. Chefs Competition sendiri diikuti 500 peserta dengan 25 kategori yang dipertandingkan.
Menpar Arief Yahya memberi isyarat dua jempol ke event FHI 2017 itu, karena menjadi arena adu kebolehan para pegiat kuliner dan beverage di tanah air. “Pointnya, kita bisa ikut berkompetisi dengan global standart. Cara yang paling mudah untuk menjadi yang terbaik, di semua lini, adalah dengan berkompetisi sehat, dan menggunakan kriteria yang dipatok secara internasional,†kata Menpar Arief Yahya.
Menteri Arief juga menambahkan, karya kreatif itu selalu berkembang, selalu ada trend, dan jika tidak mengikuti perkembangan akan semakin jauh tertinggal. “Forum seperti FHI 2017 itu bisa menjadi sarana untuk memperkenalkan inovasi, kreasi baru, temuan baru, modifikasi baru, yang bermanfaat untuk mengukur kapasitas dan daya saing produk kita sendiri,†tuturnya.
Laporan: Anggita Ramadoni