KedaiPena.Com – Musisi Agustinus Gusti Nugroho alias Nugie dikenal aktif dengan dunia konservasi dan alam. Siapa kira semua hal tersebut ternyata sudah ia geluti dan dilakukan sejak ia kecil.
Nugie pun mengakui bahwa asal muasalnya dirinya tertarik menggeluti dunia konservasi dan alam bebas lantaran dampak dari didikan sangat ayah yang merupakan milliter.
“Tertarik awal-awal dari almarhum Bokap (Ayah) yang ngedidik anaknya dengan gaya tentara. Kebetulan, bokap gue tentara dan mewajibkan anaknya harus mencintai tanah air. Jadi harus menyentuh permasalahan tanah dan air,” ujar dia kepada KedaiPena.Com, Rabu, (20/11/2019).
Nugie menceritakan sejak kecil dirinya memang didik untuk bersentuhan langsung dengan alam di lingkungan tempat tinggalnya. Nugie mengaku awalnya dirinya sempat keberatan dengan hal itu.
“Itu kerjaan gue dari kecil sampe SMA. Sempat kesel, tapi itu membekas sampai gue masuk perkuliahan (mulai tertarik dunia alam bebas tanpa paksaan). Sedikit banyak gue terpengaruh karena itu,” ungkap Nugie.
Selepas perkuliahan, Nugie mengatakan, dirinya mulai terbiasa dengan hal-hal yang bersentuhan langsung dengan alam bebas dan lingkungan. Hal itu bahkan turut mempengaruhi karir musik Nugie.
“Gue mulai konsen sama hal-hal terkait sampah dan pengurangan polusi dan semakin konsen saat gue bermusik. Saat buat lagu di kepala gue cuma alam dan kenangan waktu gue masih kecil yang dibawa Bokap gue ke sungai dan hutan,” tutur Nugie.
Saking fokusnya dengan dunia alam dan konservasi, Nugie bahkan mengaku, tidak sempat merasakan masa-masa romansa khas remaja ibu kota saat muda.
“Saking fokusnya waktu zaman yang cinta- cintaan gue gak ke situ,” ungkap Nugie sembari tertawa.
Namun demikian, Nugie menjelaskan, kariernya semakin gemilang dan moncer lantaran merilis sebuah kompilasi lagu dengan nama bumi, udara dan air.
“Pihak manejemen mereka mengapresiasi dan akhirnya keluar Trilogi,” tutur Nugie.
Berkat keberadaan album tersebut, kata Nugie, dirinya mendapatkan respon positif dari kawan-kawan lembaga swadaya masyarakat (LSM) lingkungan untuk berkecimpung di dunia konservasi dan alam bebas.
“Yang mengenalkan gue tentang dunia konservasi ialah WWF tahun 1998. Nah saat itu gue baru tau di Indonesia ada teman-teman yang peduli dan fokus kepada dunia konservasi di laut, hutan dan gunung,” tutur Nugie.
Sejak kala itu, Nugie pun aktif berkecimpung di sejumlah kegiatan
soal penyelamatan satwa dan ancaman soal kehutanan. Hal itu pun membuka mata Nugie bahwa sedianya banyak masalah di lingkungan hidup masyarakat.
“Waktu itu pas gue sempat fokus, ada pertentangan dari manejemen karena (kegiatan konservasi ini) dinilai tidak ada profitnya. Tapi positifnya satu hal yang gue jalanin jadi lebih penuh wawasan gue,” lanjut dia.
“Hingga akhirnya dikonfirmasi oleh KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), ngajak gue untuk berkolaborasi dari tahun 2005 sampai sekarang untuk bareng-bareng melihat dan menyosialisasi, mitigasi di wilayah perjuangan jalur lingkungan hidup,” imbuh dia.
Nugie melanjutkan hal-hal itu pula yang membuat dirinya sampai sekarang bersama teman-teman pecinta lingkungan masih bertahan dan berkecimpung di dunia alam bebas.
“Ya menurut gue semuanya selama masih berada di prinsip gue, ya gue tetap bertahan di sana. Sekarang gue berusaha memilah dan memilih sejumlah kegiatan. Jangan sampai bersinggungan dengan politik karena lingkungan hidup dan politik sangat rentan. Gue ga mau dijadikan corong-corong untuk menyuarakan hal yang bersifat tidak murni dari keinginan gue,” kata dia.
Laporan: Muhammad Lutfi