KedaiPena.com – Tata kelola sumber daya manusia Pertamina dinyatakan menjadi salah satu aspek yang membuat kinerja Pertamina semakin tak menentu.
Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman menyebutkan semakin hari tampilan strategi pengembangan sumber daya manusia Pertamina semakin lucu dan aneh saja. Lazimnya di semua perusahaan di belahan manapun di dunia, pejabat yang berprestasi baik, itu lah yang dipromosikan. Namun, tampaknya paradox di Pertamina, begitulah faktanya yang bisa disaksikan kasat mata.
“Ada yang punya keahliannya di bidang eksplorasi, malah dijadikan Dirut Kilang Pertamina, demikian juga ada yang ahli di perpipaan tapi gagal mengembang penugasan pemipaan WK Migas Blok Rokan untuk diselesaikan tepat waktu, tetapi dijadikan sebagai Dirut Subholding Hulu,” kata Yusri, Senin (14/11/2022).
Ia menyatakan dalam Tim Manajemen, mungkin saja keahlian khusus tak lebih penting dari kemampuan manajerial. Tapi, jika rekam jejak sebelumnya tidak begitu luar biasa bahkan bermasalah, lalu dipaksakan menduduki jabatan puncak, biasanya hasil yang dituai pasti tak menggembirakan.
“Jadi jangan berharap banyak untuk Pertamina mampu meningkatkan lifting migasnya jika pola seperti ini tidak dirubah cepat. Mungkin saja yang punya backing politik dibanding profesionalitas, akan mendapat posisi jabatan dan akan lebih moncer dibandingkan yang tidak,” ujarnya tegas.
Terbaru, lanjutnya, terungkap ketika RDP antara DPR RI Komisi VII dengan Subholding Pertamina Hulu Energi (PHE) untuk membahas realisasi lifiting migas tahun 2022 yang berlangsung Rabu (9/11/2022). Mencuat ada proyek mangkrak oleh M Nasir dari Fraksi Demokrat, yaitu pemipaan minyak mentah sepanjang 367 Km di Blok Rokan senilai sekitar Rp4,3 triliun.
“Sebab, CERI sejak awal sudah mencium ada yang tidak beres dalam proses pemilihan mitra investasi 25 persen dari nilai USD 300 juta, ada ketegangan antara Dirut PT PGN Tbk dengan Dirut PT Pertagas saat itu, hanya mengundang dua perusahaan saja, yaitu Rukun Raharja dan Isargas,” ungkapnya lagi.
CERI saat itu juga telah mempersoalkan ada dugaan ketidakberesan proses penunjukan subkon dari kontraktor EPC yang dilakukan oleh konsorsium PT PGN Solution (PGASol) dengan PT Pertamina Driling Contractor (PDC).
“CERI saat itu telah menginformasikan ada dugaan telah terjadi jual beli proyek oleh subkontraktor yang telah ditunjuk oleh PGASol dan PDC, sehingga molornya pekerjaan dari target beroperasi penuh pada awal tahun 2022 menjadi akhir tahun 2022 tidaklah mengherankan, itupun masih belum pasti apakah ada jaminan 100 persen bisa komersial,” kata Yusri lebih lanjut.
Perlu diketahui, sambungnya, pemipaan minyak blok Rokan melalui dua koridor, untuk koridor Utara dari Balam-Bangko-Dumai, sementara koridor Selatan dari Minas-Duri-Dumai. Yang proyeknya, berawal dari penugasan PT Pertamina Holding kepada PT PGN Tbk, kemudian PT PGN Tbk menugasi PT Pertamina Gas (Pertagas).
“Sehingga apa yang kami duga sejak awal ada ketidakberesan saat itu, sekarang tampaknya menjadi fakta, maka CERI sangat mengharapkan semua aparat penegak hukum dan Badan Pemeriksa Keuangan RI atau BPKP untuk menelisik dugaan kongkalikong tersebut,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa