KedaiPena.com – Pengamat Migas CERI, Yusri Usman menyatakan tidak berharap penemuan gas di pengeboran sumur eksplorasi Kolibri (KOL) – 001, Bojonegoro, akan mempengaruhi harga gas konsumsi dalam waktu dekat.
“Yang ditemukan gas, bukan minyak. Itupun tidak jelas berapa besar cadangannya. Jika pun nanti ditingkatkan ke komersialnya, butuh waktu setidaknya 3 tahun. Itu pun dengan catatan infrastruktur penyaluran gasnya sudah ada untuk didistrubusikan ke pengguna, baik industri atau jaringan gas kota,” kata Yusri, Rabu (26/10/2022).
Ia juga menyampaikan, seharusnya pemerintah memperbesar pembangunan jaringan gas kota untuk mengurangi impor LPG.
“Harga gas tidak mungkin turun dari harga yang berlaku sekarang. Karena biaya produksinya juga sudah tinggi. Penemuan ini hanya untuk menambah cadangan saja, tidak signifikan menurunkan harga,” ujarnya.
Yusri menyayangkan pemerintah saat ini tidak serius untuk membangun infrastruktur gas. Padahal, menurutnya, gas juga dapat dijadikan energi bersih dan murah.
“Selain temuan ini, itu potensi gas Masela belum diproduksi, karena belum ada jaminan pembeli. Padahal sudah ditemukan sejak tahun 2000. Hingga saat ini belum dikomersialkan lapangannya, bahkan Inpex mundur dari pengembangan lapangan Masela tersebut,” tandasnya.
Untuk diketahui, Indonesia dalam satu dekade terakhir ini terus mengalami peningkatan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG). Bahkan, porsi impor LPG saat ini telah mencapai di atas 70 persen dari total kebutuhan.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), impor LPG RI dalam satu dekade telah menunjukkan peningkatan tiga kali lipat hingga mencapai 6,34 juta ton pada 2021. Adapun porsi impor LPG pada 2021 telah mencapai 74 persen dari total kebutuhan. Jumlah ini meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan porsi impor LPG pada 2011 yaitu 46 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa nilai impor LPG RI pada 2021 mencapai 4,09 miliar Dollar Amerika atau sekitar Rp58,5 triliun pada asumsi kurs Rp14.300 per Dollar Amerika, Naik signifikan 58,5 persen dibandingkan nilai impor pada 2020, senilai 2,58 miliar Dollar Amerika.
Laporan: Ranny Supusepa