KedaiPena.Com – Air hujan yang selama ini diabaikan mengalir adalah sumber utama air di muka bumi ini. Maka sudah seharusnya air hujan dikelola, ditampung dan dimanfaatkan sebagai air minum dan kebutuhan sehari-hari.
Demikian disampaikan Sri Wahyuningsih, S. Ag, Founder Sekolah Air Hujan Banyu Bening Sleman-DIY dalam diskusi ‘Cerdas dengan Air Hujan, Air Suci Mensucikan’ yang digelar di Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh Tlogomas, Lowokwaru, belum lama ini.
“Di dalam Al Quran terdapat ungkapan bahwa hujan adalah berkah, yaitu ayat yang berbunyi, “Dan Kami turunkan dari langit air yang penuh keberkahan lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.” (QS: Qaaf (50) : 9),” kata Ning, sapaannya.
Pesantren, lanjut dia, secara umum membutuhkan banyak air untuk mencukupi kebutuhan santri maupun civitas di dalamnya. Tidak sedikit pula pesantren yang mempunyai permasalahan terkait air baik secara kuantitas maupun kualitas.
“Kualitas air yang rendah ini menjadi salah satu pemicu permasalahan kesehatan. Misalnya penyakit kulit, gatal-gatal banyak ditemui di beberapa pesantren. Belum lagi secara kuantitas, banyak pesantren yang masih kerepotan dengan akses air bersih. Dalam hal ini konservasi mitigasi harus diajarkan dan dilakukan di pesantren agar generasi bangsa tidak kesulitan air bersih,” papar Ning.
“Kita bersyukur tinggal di Indonesia yang mempunyai musim hujan dan kemarau, tidak bisa bayangkan bagaimana rasanya kita tinggal di negara yang tidak ada musim hujan atau jarang hujan dan kesulitan air bersih buat kehidupan sehari-hari nya. Di sinilah kita sebagai manusia yang mempunyai akal pikiran yang mampu berpikir cerdas gimana air hujan bisa dimanfaatkan,” papar dia.
Sementara itu, AJ. Purwanto, volunteer Sekolah Air Hujan Banyu Bening Sleman-Yogyakarta berujar, pemanfaatan air hujan dimulai dengan menampung. Caranya bisa menggunakan peralatan rumah tangga yang sederhana seperti ember, gayung, corong, kain satin lembut, dacron, dan wadah yang ada tutupnya.
“Mengapa harus ditutup, agar aman tidak terkontaminasi dengan polutan, jentik nyamuk dan di simpan di tempat yang teduh. Selain itu, air hujan yang ditampung harus dijauhkan dari sinar matahari agar tidak memunculkan spora lumut,” ucap Cak Jie sapaannya.
Ia berharap Pesantren mampu menerapkan konsep 5M air hujan yakni menampung, mengolah, minum, menabung, mandiri. Hal ini dilakukan agar pesantren mandiri dan tidak terjadi lagi permasalahan kekurangan air bersih.
Selain itu dia pun mengajak mengembalikan air hujan ke dalam tanah. Caranya, dengan sistem biopori jika minim lahan. Jika luas lahannya, dengan sistem sumur resapan.
“Air hujan bisa langsung dimasukkan ke dalam sumur-sumur galian untuk memperbaiki kuliatas air tanah kita yang sudah tercemar banyak hal. Peran penting santri inilah yang bisa melakukan secara bersama-sama dan menyampaikan di keluarga bahwa air hujan jika di kelola sangatlah bermanfaat dan hasilnya sangat bagus, menyehatkan,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Rafik