KedaiPena.com – Center of Economic and Law Studies (Celios) menyatakan seharusnya pemerintah Indonesia tak hanya fokus mengembangkan manufaktur berbasis komoditas. Karena, pergerakan dunia saat ini didominasi oleh kebutuhan akan teknologi.
Direktur Ekonomi Digital Celios, Nailul Huda menyatakan Indonesia masih terlalu fokus mengembangkan manufaktur berbasis komoditas dibandingkan manufaktur berbasis teknologi. Padahal, sejak 2005, industri manufaktur Indonesia telah berkembang pesat dengan pertumbuhan mencapai 30 persen.
“Sayangnya, ketika industri manufaktur sedang maju-majunya, hanya industri yang berbasis ekstraktif atau berbasis komoditas yang maju. Industri yang sifatnya teknologi tidak bergerak,” kata Huda dalam salah satu acara, Sabtu (22/3/2025).
Ia menilai hal tersebut terlihat dari struktur ekspor Indonesia yang masih didominasi komoditas alam. Data dari Trading Economics menunjukkan bahwa produk ekspor utama Indonesia adalah minyak dan olahannya, dengan pangsa pasar sebesar 23 persen dan nilai ekspor mencapai 59,5 miliar Dollar Amerika.
Sebagai informasi, negara-negara seperti Korea Selatan (Korsel), Taiwan, Malaysia, dan Vietnam telah beralih ke industri teknologi. Dengan demikian, saat era industri digital tiba, mereka dapat menikmati keuntungan dari ekspor produk teknologi.
Di Korea Selatan, ekspor alat elektronik berbasis teknologi menjadi sektor terbesar, dengan pangsa pasar mencapai 27 persen dan kapitalisasi sebesar 171 miliar Dollar Amerika. Ekspor produk teknologi Malaysia mencatat kapitalisasi 121 miliar Dollar Amerika atau setara dengan 37 persen dari pangsa pasar dan Vietnam mencatat 140 miliar Dollar Amerika atau setara dengan 38 persen. Korsel pun mampu mengembangkan industri jasa, seperti K-Pop dan K-Drama, karena industri manufaktur teknologinya telah stabil.

“Korsel itu dari industri manufaktur, berangkat ke jasa. Seperti jasa K-Pop, K-Drama, dan sebagainya. Di negara kita, industri kita belum siap, kita sudah harus ketiban teknologi. Sedangkan, teknologi itu tidak bisa kita hindari,” paparnya.
Dengan target Indonesia yang hendak mengembangkan ekonomi digital, Celios berharap pemerintah membangun industri berbasis digital. Dan Huda menilai, industri ini memiliki potensi besar sebagai komoditas ekspor ke negara maju seperti Amerika Serikat (AS).
Sebaliknya, Celios kurang sepakat dengan program hilirisasi komoditas seperti sawit atau nikel. Menurut Huda, industri teknologi akan menjadi sektor yang lebih dibutuhkan di era digitalisasi.
“Kenapa Celios itu sangat disagree terhadap pembangunan hilirisasi komoditas seperti nikel dan sebagainya? Karena kami melihat ke depan, bukan ini yang dicari. Yang dicari adalah teknologi,” paparnya lagi.
Sebagai solusi, Celios menekankan pentingnya pengembangan manufaktur di sektor teknologi canggih seperti semikonduktor dan cip.
“Kita harus membangun sesuatu yang bernilai manufakturnya, yaitu dalam industri seperti semikonduktor atau chip,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa