KedaiPena.com – Walaupun selama 2021, PT Prodia Widyahusada, Tbk (PRDA) menyediakan layanan tes COVID 19, tapi kinerja positif yang dicatatkan bukan lah berasal dari layanan tes.
Direktur Bisnis dan Marketing Prodia Indriyanti Rafi Sukmawati menyebutkan pada tahun 2021, PRDA mencatat pemasukan dari layanan COVID 19 hanya 16 persen dari total pendapatan atau Rp425,3 miliar.
“Sebagai pemberi layanan kesehatan, tentunya kami menyediakan layanan testing. Tapi kan layanan Prodia tak hanya fokus di situ saja. Kami juga mengembangkan layanan lainnya. Sehingga walaupun terjadi penurunan pada kuartal III dan kuartal IV 2021 dampaknya tak terlalu terasa,” kata Indriyanti dalam Public Expose Prodia 2022, Rabu (7/4/2022).
Ia juga menyampaikan bahwa Prodia sejak awal 2021 sudah mulai berfokus pada pemeriksaan non COVID.
“Kami percaya pemerintah mampu mensukseskan program vaksinasi dan juga karena kasus COVID 19 sudah menunjukkan penurunan,” ucapnya.
Ia menyatakan untuk tahun 2022, Prodia akan berfokus pada digitalisasi layanan dan mengolah data pelanggan yang sudah terkumpul sekitar 6 juta pelanggan perseroan.
“Data ini akan kami gunakan untuk menunjang aktivitas dan pendapatan Prodia kedepannya. Selama 2021 peningkatan revenue dari digital meningkat. Kami sudah memiliki mobile apps yang masuk versi ketiga dan bisa mendapatkan kemudahan bagi pelanggan bertransaksi. Kami juga kembangkan, baru launching, Prodia for Doctors,” ucapnya lagi.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Prodia Widyahusada Tbk Dewi Muliaty menegaskan penetapan harga oleh pemerintah mempengaruhi pendapatan Prodia.
“Pendapatan turun ketika harga tes diturunkan? Sudah pasti. Jadi memang mengalami penurunan sekalipun tes meningkat sedikit seperti di Omicron kemarin. Tapi karena fokus kami bukan di sana kami berupaya dapatkan pendapatan lain dari tes non-Covid,” kata Dewi.
Ia menyatakan untuk tahun 2022 ini, Prodia memiliki target pertumbuhan pendapatan minimal 9 persen secara tahunan dan pertumbuhan laba diharap lebih tinggi dari kenaikan pendapatan.
“Target pertumbuhan pendapatan kami harap minimum di 2 kali pertumbuhan ekonomi Indonesia, semoga tidak ada gejolak inflasi dan persoalan tantangan yang lain sehingga target bisa dicapai. Untuk laba, pertumbuhan harapannya lebih tinggi dibanding pertumbuhan revenue itu atau dibanding tahun sebelumnya. EBITDA kami tetapkan minimum tumbuh 50 bps,” pungkasnya.
Laporan: Natasha