KedaiPena.Com – Seorang atlet terus berupaya untuk dapat mencetak sebuah prestasi yang dapat dibanggakan oleh semua pihak. Bukan hanya sekedar mengejar bonus, tetapi harus mengedepankan profesional.
Demikian hal tersebut disampaikan oleh mantan Pebulu Tangkis Nasional yang juga peraih medali emas di Olimpiade Sydnet 2000 Candra Wijaya dalam PHD Corner episode, Rabu, (11/8/2021).
Turut hadir dalam diskusi tersebut Badminton Enthusiast Rahayu Saraswati Djojohadikusumo dan Ketua Umum Orkestra Poempida Hidayatullah.
“Sebenarnya kita gemes sebagai atlet, ini apalagi tau yah kita bukan hanya sekedar suka bulutangkis atau sport (olahraga, red) tertentu, kita bukan hanya bilang panggilan atau senang. Tetapi ini profesi dan bukan mengejar hanya bonusnya saja,” ucap Candra sapaanya.
Candra menegaskan, dirinya bahkan sampai saat ini terus berjuang, berdedikasi penuh dan bahkan masih terus bergelut di dunia olahraga bulutangkis.
“Saya juga termasuk orang yang gila, karena mencintai sungguh-sungguh profesi saya memenuhi panggilan saya dan saya all out di bidang saya juga dan kita ingin menunjukkan kecintaan kita ke bangsa dan negara,” tambahnya.
Meski demikian, ia mengkritik, cara kerja pembinaan atlet-atlet Indonesia untuk berkompetisi yang pestasi dalam segi olahraga yang mengalami naik turun. Hal tersebut lantaran, Indonesia terbiasa dengan sistem kerja semalam.
“Bersyukur kita masih dapat juara, kalau tidak pasti pasti geger atau ribut apalagi di kondisi seperti sekarang, ikut olimpiade ini aja sudah luar biasa, pembinaan nasional pun masih mandet sebetulnya, ini kan sebetulnya dilema untuk kita semua,” katanya
Menurutnya, sistem piramida yang di gunakan saat ini sudah mengalami rontok hampir di semua cabang olahraga di Indonesia.
Namun saat ini yang sudah terlihat di cabang olahraga bulu tangkis mulai membaik dari pembinaannya, pertandingannya, perhatiannya serta prestasinya.
“Jadi ini lah satu berkah untuk bangsa kita yang artinya memberikan perhatian yang long time yang tersistem yang kaitannya dengan penghargaan itu bukan kita minta,” imbuhnya.
Namun demikian, ia menuturkan, saat ini seharusnya Indonesia dapat melihat negara-negara tetangga, seperti Malaysia, China, Japan, Filipina dalam memperhatikan atlet-atletnya.
“Termasuk kalau pemerintah memperhatikan jadi negara kecil atau saingan kita di dunia itu seperti Singapura yang sudah melakukan naturalisasi dari muda itu sistem luar biasa,” jelasnya
“Indonesia ini kadang-kadang yang prestasi mau usaha saja di persulit kadang-kadang, termasuk olahraga lainnya. Kalau di bulutangkis itu sudah jadi pemersatu, sudah jelas bhineka tunggal ika kita cinta pancasila kita NKRI ya hasilnya luar biasa prestasi,” tutur Candra.
Menurut Candra, dengan perhatian itu dapat menciptakan rasa nasionalis, dan positif tingking dari orang tua calon atlet maupun para pelatih.
“Hal itu dapat menciptakan Nasional, positif tingking dari orang tua, pelatih. Mangkannya atlet sekarang kurang apalagi cabang olahraga lain. Mana ada orang tua yang meminta anaknya menjadi olahragawan, kecil sekali,” tegasnya.
Dengan demikian, Candra juga berharap kedepannya pemerintah, dapat membenahi kerangka nasional masa depan atlet olahraga. Salah satunya dengan menjamin para atlet di hari tuanya nanti.
“Banyak atlit yang sangat menyedihkan yang dulunya prestasi, ya sekarang hidupnya belakangan ini agak sulit. Karena 10-30 tahun siapa sih yang ingat siapa kita apalagi anak-anak sekarang,” tandasnya
Laporan: Muhammad Lutfi