KedaiPena.Com – Proses berpolitik harus mampu melahirkan pemimpin yang jujur, tulus dan berempati. Pemimpin juga mesti memiliki tanggung jawab dan solidaritas sosial.
“Pemimpin harus mengedepankan konsep ‘for life saving’ atau menyelamatkan, menyejahterakan kehidupan masyarakat,” kata Alexius Marianus Adu, calon anggota DPRD Nusa Tenggara Timur (NTT) Dapil IV (Manggarai, Manggarai Barat, Manggarai Timur).
Ketika ditanyai tentang sistem politik kekerabatan yang kental di Manggarai, dia menjelaskan sistem ini tidak boleh digunakan sebagai pertimbangan memilih anggota legislatif.
“Suara yang masyarakat berikan harus bermakna strategis untuk dapat menguba, memperbaiki kondisi buruk yang dialami saudara-saudara kita di Elar Raya, Rego dan daerah lainnya di Manggarai,” sambungnya saat diwawancarai KedaiPena.Com di Waso Ruteng,NTT, ditulis Selasa (5/2/2019).
Politisi yang juga pengacara ini mengajak masyarakat NTT untuk bangkit dari keterpurukan. Apalagi, sepeninggal almarhum Ben Mboy, Manggarai selalu tersisih dalam konstelasi perpolitikan NTT, terutama yang membahas kebijakan.
“Hal ini diakibatkan dari digunakannya sistem kekerabatan dalam memilih caleg DPRD provinsi. Di samping itu rusaknya perpolitikan di Manggarai karena politik di lepas ke “pasar”, sehingga terjadilah transaksional,” tegas kader PDIP ini.
Orang Manggarai, khususnya generasi muda harus bersatu, bangkit, agar kondisi buruk yang ada bisa diperbaiki. Proses politik dalam pileg nanti tidak saja urus soal keterwakilan, tapi harus sekaligus meningkatkan ‘bargaining position’ orang Manggarai.
“Kesadaran kolektif untuk bersatu, bangkit, dan merebut adalah sesuatu yang ‘urgent’ bagi kita orang Manggarai saat ini. Masyarakat mesti cek baik-baik rekam jejak caleg sebelum memilih. Di samping perlu berhati-hati menghadapi politik uang,” tutup dia.
Laporan: Yopie Moon