KedaiPena.Com– PDI Perjuangan (PDIP) tidak henti-hentinya melontarkan narasi kritik hingga perlawanan pasca keputusan kontroversial putra Presiden Joko Widodo (Jokowi) Gibran Rakabuming Raka maju menjadi pendamping Prabowo Subianto di Pilpres 2024. Sikap itu juga terus disuarakan PDIP sejak putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal batas usia capres-cawapres.
Menyoal hal tersebut, Co-Founder Cakra Manggilingan Institute Agus Zaini memandang sikap PDIP tersebut dilandasi belum ikhlasnya partai Banteng melepas Jokowi dan Gibran. Agus sapaanya menilai, PDIP terlihat masih berharap agar Jokowi dan Gibran dapat kembali dalam barisan partai banteng.
“PDIP terlihat belum ikhlas melepas Jokowi dan Gibran. PDIP masih membutuhkan keduanya dan berharap ada momentum yang membuat Jokowi kembali berkonsentrasi untuk ikut serta membesarkan PDIP serta memenangkan capres dan cawapres yang diusung secara resmi oleh PDIP,” kata dia dalam keterangan tertulis, Jumat,(17/11/2023).
Agus tak menampik bila saat ini partai pimpinan Megawati Soekarnoputri tersebut
terlihat galau dan melow. Menurut Agus, tampak sekali di publik, kader-kader utama PDIP menjadi sangat sensitif, baperan, dan hanyut dalam permainan politik yang tidak produktif.
“Salah satu blunder politik dilakukan oleh politikus PDIP, Adian Napitupulu, yang menuduh Joko Widodo marah lantaran permintaannya agar dapat menjabat presiden selama tiga periode ditolak PDI Perjuangan,” beber Agus.
“Parahnya, tuduhan Adian langsung dibantah oleh Ketua DPP PDIP, Puan Maharani. Walaupun kemudian Sekjen PDIP, Hasto Kristianto, mencoba memperkuat narasi yang dibangun Adian, agar mantan aktivis 98 itu tidak merasa dipermalukan di depan publik,” jelas Agus.
Agus melanjutkan, sengkarut strategi PDIP semakin tampak terlihat ketika membangun narasi Jokowi telah meninggalkan partai berlambang banteng tersebut. Narasi itu, lanjut Agus, menjadi seperti mantra yang digaungkan Hasto Kristianto, Andi Widjajanto, dan para elit PDIP lainnya.
“Sejatinya dari sekian banyak narasi yang disampaikan ke publik, tujuannya hanya ingin menggambarkan bahwa Jokowi telah menzalimi PDIP. Jadilah drama playing victim ditayangkan secara vulgar, dengan harapan publik membenci Jokowi dan bersimpati terhadap PDIP,” jelas Agus.
Agus mengakui, apabila strategi tersebut justru akan merugikan PDIP dan pasangan capres-cawapres yang diusungnya. Agus menjelaskan, strategi tersebut justru akan semakin memperuncing masalah dan menjauhkan PDIP dengan Jokowi.
“Jika strategi banteng melow seperti itu terus berlanjut, justru akan merugikan PDIP dan pasangan capres-cawapres yang diusungnya. Karena akan semakin memperuncing masalah dan menjauhkan PDIP dengan Presiden Jokowi, sang petugas partainya,” tandas Agus mengakhiri pandanganya.
Laporan: Muhammad Rafik