KedaiPena.Com – Alumni yang tergabung dalam Gerakan Anti Radikal Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB) diminta menahan diri dan menjaga pluralisme di Indonesia.
Mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) IA ITB periode 2016-2020 Gembong Primadjaja menekankan bahwa isu politik tidak ada dalam Anggaran Dasar Rumah Tangga (ADRT) IA ITB. IA ITB seyogyanya menurut Gembong bergerak dengan yang ada kaitannya dengan pendidikan di kampus, yaitu teknologi, sains dan seni.
“Pluralisme sudah menjadi keniscayaan. Tidak perlu lagi diperdebatkan atau dipertentangkan. Dengan adanya pluralisme, rasanya tidak mungkin radikal akan hidup nyaman,” tegas Gembong saat konferensi pers daring di Jakarta, Selasa (15/2/2020).
Kandidat Calon Ketua Umum IA ITB periode 2021-2025 ini mengungkapkan berita terkait GAR ITB menjadi ramai dibicarakan saat ini. Komunikasi dan interaksi akan membantu penyelesaian perbedaan persepsi diantara para pihak.
“Saat ini perbedaan persepsi menjadi PR dan saya siap jembatani seandainya diminta” ucap Caketum ITB nomor urut 3 ini.
“Saya berharap teman-teman yang sedang memperjuangkan toleransi atau kebhinekaan tadi bisa berjuang dengan kondusif untuk menjaga persatuan diantara alumni ITB,” sambung Gembong seraya menegaskan dirinya tak termasuk sebagai anggota GAR ITB.
Alih-alih memperdebatkan radikal, Gembong justru mengajak para alumnus yang tergabung dalam IA ITB untuk bersama-sama membangun bangsa dan meningkatkan rangking ITB di Asia hingga dunia.
Keberadaan IA ITB menurutnya harus mampu menjadi wadah kanalisasi dan oltimalisasi alumni dalam berkarya membangun indonesia menjadi lebih hebat.
Beberapa platform misalnya disampaikan Gembong siap dia jalankan jika terpilih sebagai Ketua Umum IA ITB Periode 2021-2025.
Salah satunya adalah mengembangkan ‘Indonesianisme Summit’ yang saat ini menjadi panggung bagi alumni menunjukkan karya orisinalnya dan mempromosikan ke stake holder terkait seperti indistriawan dan lainnya.
Indonesianisme dipastikan Gembong akan lebih diperluas cakuoan dan skala programnya dan melibatkan lebih banyak alumni melalui digital platform.
“Program (Indonesianisme Summit) ini sudah berjalan lima tahun. Ke depan kegiatan IA, memang juga harus memanfaatkan tekbologi digital agar bisa memperluas cakupan kegiatan dan melibatkan alumni lebih banyak karena jumlah alumn8 ITB lebih dari 130 ribu alumnus,” papar alumni Teknik Mesin ITB angkatan 1986 ini.
Sebelumnya selama menjabat Sekjen IA ITB, Gembong tercatat telah menyelenggarakan Indonesianisme Summit sejak tahun 2017, 2018, dan 2019. Acara tersebut bahkan dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla sejumlah menteri kabinet.
Indonesianisme Summit berhasil mewujudkan kerja sama antara perusahaan start up milik alumni dan menampilkan produk teknologi kreasi Anak Bangsa.
Selain Indosianisme Summit, Hal lain yang juga menjadi fokus Gembong yaitu pengefektifan kas dana alumni. Kas akan diputar pada bisnis-bisnis alumni yang membutuhkan, dikelola tanpa bunga berdasarkan kerjasama dengan bagi hasil.
“Universitas-unversitas di dunia, diskursus antara para alumninya adalah bagaimana membangun kekuatan ekonomi dari kekuatan teknologi atau produk atau science. Tantangannya, membangun tekonogi, membangun entrepeurship di antara kalangan alumninya,” kata Gembong meyakinkan dirinya akan menjembatani kepengurusan IA ITB Periode 2021-2025 dengan kepengurusan-kepengurusan sebelumnya untuk menjadikan ITB dan Indonesia lebih baik.
“Alumni ITB bersatu tinggalkan perbedaan antara kita, sama-sama alumni ITB, mempunyai misi yang sama sama yaitu membangun bangsa,” imbuhnya.
Laporan: Muhammad Lutfi