KedaiPena.Com – Politik Indonesia gaduh dan semakin tidak mudah ditebak karena samar dan sangat tersembunyi di balik taktik pimpinan politik partai dan penguasa.
Setelah Muhaimin Iskandar menyeberang ke kubu Nasdem atau koalisi perubahan, KPK langsung turun gunung untuk memeriksanya.
Tindakan hukum berimpit dengan proses politik sehingga tidak bebas dari persepsi bahwa ini adalah tindakan politik di ranah hukum atau hukum dipakai sebagai alat politik.
Apa yang tersirat dan tersurat dari kejadian ini?
Didik J Rachbini, Rektor Universitas Paramadina mengatakan, calon pemimpin dalam politik dan demokrasi liberal dan terbuka seperti sekarang mesti benar-benar bersih. Jika tidak, maka kasus hukumnya pasti menjadi makanan empuk politik praktis dan publik.
“Ini sudah pasti menjadi syarat bagi elit pemimpin yang jumlahnya sedikit. Dari 280 juta penduduk seharusnya muncul sedikit figur pemimpin terseleksi, yang tanpa cacat atau paling sedikit cacatnya,” kata Didik dalam keterangan yang diterima redaksi, Jumat (8/9/2023).
Sambung dia, begitulah sejatinya proses demokrasi yang harus dijalankan untuk memilih pemimpin yang bersih. Langkah maju dan sekaligus pilihan figur tidak bersih di gelanggang politik terbuka adalah kesalahan fatal.
“Kelemahannya akan menjadi makanan kampanye negatif di dalam pilpres nanti dan sekarang sudah dihadang kasus hukum, yang legal absah tanpa melihat aspek cawe-cawe politik di dalamnya,” lanjut Didik.
Kalau calon pemimpin tidak bersih, maka pemimpin politik yang tampil akan menjadi pesakitan atau pasien “rawat jalan”, yang setiap saat bisa dijebloskan kamaar darurat menjadi pasien “rawat inap”.
“Demokrasi menjadi ketoprak atau drama telenovela seperti yang terlihat sekarang. Aktor kuat yanga berada di balik layat dapat dengan mudah mengendalikan politisi-politisi pesakitan, yang menjadi “pasien rawat jalan” dan bisa setiap saat masuk kamar rawat darurat,” Didik menambahkan.
Menurut Didik, Muhaimin Iskandar dalam drama politik ini sangat lemah, sehingga mudah masuk kerangkeng dan tidak bisa berkiprah lagi di dalam kancah politik yang terbuka dan cukup brutal ini.
“Jadi calon pemimpin bagaimana pun keadaannya memang harus betul-betul bersih karena 280 juta rakyat agtau setidaknya 200 juta pemilik menempatkannya pada titik panas atau hotspot,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Rafik