Artikel ini ditulis oleh Steph Subanidja, Guru Besar Ilmu Manajemen, Dekan Sekolah Pascasarjana, Perbanas Institute.
Aparatur Sipil Negara (ASN) meliputi PNS hingga pensiunan akan menerima Gaji ke 13 pada Juni 2024. Kabar baik tersebut tertuang dalam PP 14 Tahun 2024 tentang pemberian THR dan Gaji ke-13 kepada aparatur negara, pensiunan, penerima pensiun hingga penerima tunjangan. Pemerintah memberikan THR dan Gaji ke-13 ini sebagai wujud apresiasi dan penghargaan atas pengabdian, sekaligus juga untuk menjaga tingkat daya beli masyarakat melalui pembelanjaan aparatur negara, ungkap Menteri Dalam Negeri RI, Muhammad Tito Karnavian, dalam Konferensi Pers THR dan Gaji ke-13 Tahun 2024 di Aula Djuanda, Kantor Pusat Kementerian Keuangan, Jakarta pada Jumat (15/3/2024).
Gaji ke-13 akan dicairkan paling cepat menjelang ajaran baru dan paling lambat setelah Juni 2024. Pemberian gaji ke-13 itu, termasuk THR yang sudah dibayarkan, ditujukan untuk mendorong daya beli dan konsumsi masyarakat. Akibatnya, diperkirakan akan muncul perilaku impulsif yang menuntun dan memicu gaya hidup boros, dan uang cepat habis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), impulsif adalah bersifat cepat dalam bertindak mengikuti gerak hati, sehingga bisa dilakukan secara tiba-tiba. Sedangkan perilaku impulsif adalah sikap ketika seseorang melakukan suatu tindakan tanpa memikirkan akibat dari apa yang dilakukan. Kemudian perilaku impulsif tersebut akan memicu gaya hidup boros dan mendorong gaji ke 13 cepat habis. Lantas bagaimana kita mengantisipasi perilaku impulsif tersebut?
Mengapa Cepat Habis?
Ada beberapa alasan mengapa gaji ke-13 cepat habis. THR dan Gaji ke-13 dianggap sebagai tambahan atau bonus yang mungkin membuat seseorang cenderung menggunakannya untuk pengeluaran tambahan atau konsumsi yang tidak direncanakan sebelumnya. Ada kemungkinan bahwa sebagian besar Gaji ke-13 digunakan untuk membayar kewajiban keuangan tertentu, seperti utang kartu kredit, cicilan pinjaman, atau tagihan lainnya, sehingga sisa dana untuk tabungan atau investasi menjadi terbatas. Beberapa orang mungkin memiliki kebiasaan konsumtif yang membuat mereka menghabiskan uang lebih dari yang seharusnya, terutama ketika mendapatkan semacam uang tambahan seperti Gaji ke-13. Kurangnya pengetahuan atau keterampilan dalam perencanaan keuangan juga dapat membuat seseorang kesulitan mengelola Gaji ke-13 dengan bijak. Tanpa rencana yang jelas, Gaji ke-13 ini mungkin terbuang sia-sia untuk pembelian barang yang tidak penting. Kurangnya perencanaan keuangan yang baik atau pengetahuan tentang cara mengelola uang dengan bijak dapat membuat seseorang menghabiskan Gaji ke-13 tanpa pertimbangan yang matang.
Biaya hidup yang tinggi atau tuntutan kebutuhan sehari-hari seperti pendidikan anak, kesehatan, atau kebutuhan mendesak lainnya juga dapat menyebabkan Gaji ke-13 cepat habis. Di samping itu semua, kenaikan harga barang dan jasa juga bisa menyebabkan Gaji ke-13 cepat habis karena biaya hidup yang lebih tinggi dari yang diantisipasi. Untuk menghindari agar Gaji ke-13 tidak cepat habis, penerima Gaji ke 13 tersebut dapat merencanakan anggaran dengan cermat, memprioritaskan pengeluaran sesuai dengan kebutuhan, menabung sebagian dari gaji tersebut, dan menghindari pengeluaran yang tidak perlu. Menjadi disiplin dalam pengelolaan keuangan dapat membantu memastikan bahwa gaji ke-13 digunakan dengan bijak
Perilaku Boros
Gaji ke-13, bisa menjadi pemicu perilaku boros dalam budaya tertentu. Beberapa faktor yang bisa mempengaruhi hal ini adalah pertama peningkatan keinginan untuk berbelanja. Dalam beberapa budaya, pemberian bonus atau gaji tambahan seperti gaji ke-13 dapat dianggap sebagai kesempatan untuk berbelanja atau memberi hadiah kepada orang-orang terdekat. Hal ini bisa mendorong perilaku boros jika tidak diimbangi dengan pemikiran yang bijak tentang pengeluaran. Kedua adalah tekanan sosial. Ada tekanan sosial yang kuat di beberapa masyarakat untuk menunjukkan kemakmuran atau status sosial melalui konsumsi. Gaji ke-13 bisa memperkuat tekanan ini dan menyebabkan seseorang merasa perlu untuk menghabiskannya pada barang-barang mewah atau pengalaman yang mahal. Ketiga adalah tradisi perayaan. Pada beberapa budaya, perayaan seperti Ramadan, ulang tahun, dapat dihubungkan dengan tradisi memberi hadiah atau menyelenggarakan pesta besar. Gaji ke-13 mungkin dianggap sebagai dana tambahan untuk merayakan dengan kemewahan, yang dapat mengarah pada perilaku boros. Keempat adalah kurangnya pendidikan keuangan. Kurangnya pemahaman tentang manajemen keuangan yang sehat dapat menyebabkan orang menghabiskan Gaji ke-13 tanpa perencanaan yang tepat. Tanpa pengetahuan yang cukup tentang bagaimana mengalokasikan dan mengelola uang dengan bijak, orang cenderung berbelanja secara impulsif. Untuk mengatasi budaya boros yang terkait dengan Gaji ke-13, penting untuk mempromosikan pendidikan keuangan yang inklusif dan menyeluruh. Pemerintah, organisasi non-profit, lembaga pendidikan, dan lembaga keuangan dapat berperan dalam memberikan pelatihan dan sumber daya yang diperlukan untuk membantu individu dan keluarga mengelola uang dengan bijak. Selain itu, mempromosikan kesadaran akan pentingnya menabung, berinvestasi, dan membuat anggaran yang realistis juga dapat membantu mengurangi perilaku boros. Jadi, memanfaatkan Gaji ke 13 secara bijak bukanlah pilihan, melainkan suatu keharusan untuk menghindari perilaku impulsif.
Antisipasi Perilaku Impulsif?
Agar Gaji ke-13 tidak cepat habis, ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Pertama, Rencanakan Anggaran. Buatlah anggaran bulanan yang rinci untuk memastikan bahwa Gaji ke-13 dapat digunakan dengan bijak. Tentukan prioritas pengeluaran dan alokasikan dana untuk kebutuhan pokok terlebih dahulu, seperti makanan, tempat tinggal, dan transportasi. Kedua, Simpan Sebagian. Sisihkan sebagian dari Gaji ke-13 ke dalam tabungan, deposito, atau investasi jangka panjang. Ini akan membantu untuk dapat memiliki dana darurat untuk keperluan mendesak di masa depan atau untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang, seperti pensiun atau pendidikan anak. Ketiga adalah Hati-hati dengan Pengeluaran Non-Esensial. Hindari pengeluaran impulsif pada barang-barang yang tidak penting. Sebelum membeli sesuatu, pertimbangkan apakah barang tersebut benar-benar diperlukan atau hanya keinginan sesaat. Keempat adalah Cari Diskon dan Penawaran. Manfaatkan diskon dan penawaran khusus saat berbelanja untuk memaksimalkan nilai dari uang yang dikeluarkan. Bandingkan harga dan pertimbangkan untuk menggunakan kupon diskon atau kartu loyalitas untuk mendapatkan potongan harga tambahan. Kelima adalah Pelajari tentang Investasi. Jika memungkinkan, belajarlah tentang investasi yang aman dan menguntungkan, misalnya investasi di Sukuk Retail, obligasi, Surat Berharga Negara retail, dan lain-lain. Dengan berinvestasi, dapat mengembangkan gaji ke-13 dan membantu mencapai kestabilan keuangan jangka panjang. Keenam adalah Jaga Keseimbangan Antara Menabung dan Menikmati. Penting untuk menemukan keseimbangan antara menabung untuk masa depan dan menikmati hasil dari kerja keras. Sedikit pengeluaran untuk kesenangan sesekali juga penting untuk menjaga keseimbangan dalam hidup. Ketujuh adalah Evaluasi dan Revisi Anggaran. Secara teratur, evaluasi dan revisi anggaran yang sesuai dengan perubahan dalam kebutuhan dan prioritas keuangan. Hal ini akan membantu dan tetap berada di jalur untuk mencapai tujuan keuangan yang ditetapkan. Dengan menerapkan antisipasi ini, akan membantu memastikan Gaji ke-13 tidak cepat habis dan digunakan secara bijak untuk mencapai kestabilan keuangan jangka panjang. Selamat menikmati Gaji ke-13 secara bijak.
[***]