“HATI saya sangat terluka. Minta Lieus Sungkharisma dampingi saya buat LP sore ini juga!!” kata H. Jusuf Hamka.
Dia bilang begitu pasca kirim link berita yang intinya, meski memaafkan, gubernur NTB trauma dengan kata makian Steven Hadisurya.
Seorang bocah, Steven Hadisurya mencaci-maki Gubernur NTB Bpk. Muhammad Zainul Majdi. Caci-makinya sempurna gunakan SARA. Pengusaha Tanri Abeng berang. Netizen rame di sosmed.
Semalam, saya sudah bicara dengan Lawyer Farhat Abbas. Dia bilang akan pelajari kasus ini. Jusuf Hamka minta dia jadi kuasa hukum untuk menggugat Steven Hadisurya. Bambang Akuet nyatakan akan ikut teken LP.
Siang ini, saya dapet kabar bahwa Farhat Abbas bersama Elsa Syarif akan jadi kuasa hukum Jusuf Hamka. Rencananya, surat gugatan (LP) akan diantar ke Mapolda Metro Jaya atau Bareskrim malam ini.
Tadi, mantan aktivis pemuda Tionghoa menyatakan timnya sedang mencari si Steven. Dengar-dengar dia tinggal di sekitar Meruya. Begitu laporan si pemuda.
Jusuf Hamka bilang ke saya, bahwa bila polisi tidak menegakan hukum, maka Jusuf Hamka akan bertindak sendiri. Steven bakal diadili dengan hukum rimba. Jusuf marah sekali melihat arogansi bocah bernama Steven itu.
Menurutnya, Tuanku Guru Baja Muhammad Zainul Majdi adalah seorang yang santun dan baik. Tidak pantas dicaci-maki sedemikian rupa.
Ulah Steven sungguh memalukan. Dia menyalahi kaidah Confucianism. Kongzi berkata, “Di empat penjuru lautan semua manusia bersaudara”. (Lun Yu XII:5).
Aneh, pasca Ahok berkuasa, ada semacam arogansi rasial muncul di segelintir orang-orang Tionghoa. Di sosmed, mereka meraja-lela. Seperti orang kesurupan. Siapa pun dibully, dicaci, difitnah, dihina. Mereka ngga pernah baca advis dari Chris Lowe, “Stupidity combined with arrogance and a huge ego will get you a long way”.
Pasca Ahok menista Surat Al Maidah 51, pengikutnya ikut-ikutan. Begitu juga dengan arogansi Ahok. Diikuti juga oleh pengikutnya.
Saya senang Jusuf Hamka, Lieus Sungkharisma, Bambang Akuet, Farhat Abbas dan Elsa Syarif akan melaporkan perilaku Steven nanti malam. Sementara, sedemikian banyak ormas dan LSM Tionghoa yang dulu banyak ngomong soal kesetaraan, anti diskriminasi ras, keberagaman dan sebagainya mendadak satiawan di bibir pasca Ahok berkuasa. Ini rezim aneh.
Semoga semua komponen anak bangsa sadar. Ahok tak pantas jadi gubernur. Mendukung Ahok sama sama saja dengan kasi pedang kepada orang yang tidak bisa menari. Seperti kata Kongzi, “Don’t give a sword to a man who can’t dance.”
Oleh Zeng Wei Jian, Aktivis Tionghoa