KedaiPena.com – Struktur membangun kultur haruslah menjadi pertimbangan utama dalam membangun Ibu Kota Negara baru. Tanpa sinergi dari semua aspek perkotaan, baik rancang bangun maupun karakteristik perilaku manusia penghuninya, tidak akan ada kultur modern ramah lingkungan yang akan tercipta.
Pengamat Tata Kota Yayat Supriyatna menjelaskan pembangunan kota yang ramah lingkungan di ibukota baru yang berlokasi di Kalimantan akan menjadikan IKN sebgai kota modern ramah lingkungan.
“Secara teori pembangunan kota yang ramah lingkungan atau kota tropis, memungkinkan saja. Apalagi bapak presiden sudah melakukan kunjungan ke beberapa lokasi kota modern yang ramah lingkungan di sekitar Jakarta sebagai kajian dan perbandingan, bersama komunitas penggiat pembangunan, permukiman dan perkotaan serta lingkungan,” kata Yayat saat dihubungi, Selasa (25/1/2022).
Pembangunan kota ramah lingkungan ini harus dilakukan secara detil dengan mempertimbangkan tak hanya ekosistem yang sudah ada tapi juga perilaku masyarakat yang menghuni.
“Orientasinya memang membangun suatu kota di mana kantor, tempat tinggal, lokasi rekreasi, tempat bekerja bisa bersinergi dengan akses pejalan kaki yang teduh dan sistem transportasi yang terintegrasi. Ditambah dengan rancang bangun yang detail dan ramah lingkungan, sehingga memungkinkan penggunaan energi serendah mungkin dan lebih memanfaatkan sirkulasi udara dan cahaya alam yang ada,” urainya.
Selain itu, rancang bangun juga harus mempertimbangkan ekosistem flora dan fauna setempat.
“Misalnya, rancang desain yang memungkinkan tidak digunakannya pendingin ruangan. Hanya memanfaatkan sistem buka tutup pintu atau jendela untuk pengaturan udara dan cahaya. Sehingga meminimalkan penggunaan energi listrik tapi juga mampu menghindari masuknya fauna yang berpotensi mengganggu ke dalam ruangan,” urainya lagi.
Ia juga menyebutkan perencanaan tata kota ini juga harus mempertimbangkan pengelolaan sampah terpadu dan juga kebijakan untuk memperkecil sumber sampah.
“Artinya, setelah kotanya menjadi kota tropis, penghuninya juga harus berorientasi ramah lingkungan juga. Perilaku manusianya juga harus mendukung. Harus tertib dan ramah lingkungan,” ungkap Yayat.
Tanpa struktur yang membangun kultur, maka orientasi untuk menjadikan IKN sebagai kota modern ramah lingkungan tidak dapat tercapai.
“Kita harus melihat IKN ini sebagai contoh bahwa Indonesia mampu membangun suatu kota yang bisa memberikan quality of life. Sehingga akan terbangun suatu kultur baru dari pembangunan ini. Tapi kalau tidak bisa melakukannya, dalam artian, rancang bangunnya tidak mendukung, perilakunya tidak mendukung, ya tidak akan terbangun kultur baru ini,” tandasnya.
Laporan: Natasha