Artikel ini ditulis oleh Ahmad Ismail, Penggiat Gerakan Bersama Buruh/Pekerja BUMN (Geber BUMN).
Seiring perkembangan teknologi, industri menapaki pertumbuhannya. Jenisnya, bisa bertambah atau sebaliknya, berkurang.
Demikian pula untuk keberadaannya, bisa meningkat atau malah menyusut. Namun begitu, kekhawatiran terbesarnya ada pada dampaknya.
Industri bisa menaikkan level kerusakan atas sekitarnya, buruh maupun lingkungannya.
Pada hari ini, perlahan pasti, industri berbenah diri untuk beradaptasi. Apalagi, dengan adanya kondisi pandemi.
Industri dipastikan terdisrupsi dari berbagai sisi. Infrastruktur, buruh hingga alat produksi menjadi objek dari kebutuhan beradaptasi.
Namun celakanya pada hari ini, dominasi ke arah ‘pailitisasi’ terjadi. Dan buruh pun tereliminasi. Menghilang dari habitatnya, tempat kerjanya.
Kini, industri utamakan otomasi. Mengubah pola operasinya di seluruh lini. Layan-langgan dan kerja produksi berorientasi kecepatan dan efisiensi.
Sehingga keberadaan buruh pun dikurangi. Bahkan bisa dianggap tak penting lagi untuk di satu posisi. Dan ironipun terjadi, buruh yang tak berkualifikasi tinggi yang mengalami ini.
MayDay 2021 menjadi saksi. Tsunami PHK melanda berbagai industri. Buruh pun, kehilangan pekerjaannya. Jumlahnya mencapai jutaan.
Mereka termarjinalisasi bersama angkatan kerja yang juga belum sepenuhnya terserap pasar kerja saat ini.
Sebagai bagian dari industri, buruh berpotensi “menghilang” di abad ini. Perannya bisa tergantikan oleh teknologi
Selamat Hari Buruh, 1 Mei 2021. Pastikan lapangan kerja terbuka segera. Pastikan Tiga Layak (kerja layak, upah layak dan hidup layak) sesuai janji anda, terjaga dan terpenuhi.
[***]