KedaiPena.Com – Bupati Tapanuli Tengah, Bakhtiar Ahmad Sibarani mendapatkan ‘buah tangan’ dari Pangkosek Hanudnas III, Marsma Tri Bowo Budi Santoso. Hadiah itu sebuah buku yang berjudul unik yakni ‘Bukan Untuk Dibaca’.
“Kalau isinya, nanti tanya sama pak Bupati saja,†ucap Pangkosek saat memberikan buku itu kepada Bupati saat menggelar Kunker ke Satradar 234 Sibolga, Senin (11/7).
Bupati Tapteng yang menerima buku itupun mengaku bangga dan terkesan. “Bangga ya, dan mengucapkan syukur dan terimakasih kepada beliau,†ucap Bakhtiar usai menerima buku itu.
Dikutip dari kompasiana.com, buku ‘Bukan Untuk Dibaca’ karya Deassy M. Destiani tersebut diterbitkan oleh penerbit Era Adicitra Intermedia dengan ketebalan 496 halaman.
Buku yang merupakan kumpulan kisah-kisah nyata ini sangat inspiratif dan dapat memberikan motivasi yang luar biasa besar kepada pembaca untuk selalu berbuat baik. Setidaknya ada dua belas tema yang ada di buku ini. Kisah di atas termasuk ke dalam tema ‘Ibu’.
“Oleh karena ini merupakan kumpulan kisah, maka sangat kaya akan tokoh, sudut pandang, alur, latar dan pelajaran yang bisa diambil. Sejak awal penerbitannya di bulan Februari 2013, buku ini telah tiga kali naik cetak dan mendapat gelar best seller. Buku ini sangat recommended. Setelah menyelami bab demi bab, saya yakin kita akan menjadi lebih ‘kaya’. Sama seperti judulnya, buku ini ‘Bukan Untuk Dibaca’ melainkan harus segera kita ambil mutiara-mutiara hikmah di dalamnya,†kata Aisyiah Ferani, penulis resensi buku itu di kompasiana.
Salah satu kisah bertema ibu sebagaimana resensi Aisyiah menyebutkan kisah seorang anak dan ibunya. Begini kisahnya:
Alkisah ada seorang ibu bermata satu yang sangat dibenci anak kandungnya sendiri. Anak itu merasa sangat malu memiliki ibu yang sangat menakutkan itu. Baginya ibunya sangat memalukan. Setiap hari ia mendapat cacian dari teman-teman sekolahnya. Dia merasa tertekan dan ingin segera keluar dari rumah dan tidak berhubungan lagi dengan ibunya. Suatu kali ia membentak ibunya dengan suara amat keras “Kalau ingin membuatku jadi bahan tertawaan dan ejekan, kenapa tidak mati saja?!†ucapnya dengan sangat marah.
Keinginan si anak tercapai, ia mendapat beasiswa ke luar negeri. Akhirnya ia studi, menikah dan memiliki anak di sana. Suatu waktu ibu bermata satu menjenguknya di Singapura. Sesampai di depan pintu, anak-anaknya melihat dan ketakutan. Saat itu juga, anak kandungnya mengusir si ibu pergi.
Setahun kemudian, si anak pulang ke Indonesia karena ada reuni di sekolahnya. Ia melewati rumah masa kecilnya. Tetangga yang mengenalnya memberikan sepucuk surat kepadanya dan mengatakan bahwa ibunya telah meninggal. Isi suratnya tersebut:
“Anakku tercinta aku memikirkanmu setiap saat. Maafkan mama waktu mama ke Singapura dan menakut-nakuti anak-anakmu. Maafkan mama, jika membuat kamu malu di hadapan teman-temanmu dulu. Semoga kamu mengerti bahwa pada waktu kamu masih kecil, mama tak sanggup melihat anak mama tumbuh dengan satu mata saja, jadi mama berikan satu mata untukmu. Aku bahagia karena anakku (kamu) akan memperlihatkan seluruh dunia untukku, dengan mata itu. With love, mama.â€
Laporan: Dom