KedaiPena.Com – Masyarakat telah dirugikan oleh keputusan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati lantaran tak bisa menegosiasikan bunga utang menjadi lebih murah.
Hal ini membuat bunga utang yang diperoleh Indonesia tinggi dan penerimaan pajak yang didapat dari masyarakat banyak disedot untuk membayar bunga utang tinggi.
Demikian disampaikan Mantan Menteri Keuangan era Presiden Abdurrahman Wahid, Rizal Ramli di Jakarta, Sabtu (29/3/2018).
“Saya minta Sri Mulyani tukar bond dengan pembiayaan yang lebih murah, karena harusnya Indonesia di bawah Thailand, Vietnam, dan Filipina,” ujar Rizal.
Ia bahkan menantang Sri Mulyani untuk menukar kembali surat utang luar negeri yang telah dikeluarkan Indonesia agar bisa mendapatkan bunga yang lebih murah dan tak membebani masyarakat.
Menurutnya, Sri Mulyani seharusnya bisa memperjuangkan hal itu lantaran peringkat surat utang Indonesia yang sudah jauh lebih baik.
Penerbitan utang dengan bunga rendah sebenarnya sudah pernah dilakukan oleh Agus D W Martowardojo kala mengisi kursi bendahara negara yang ditinggalkan Sri Mulyani beberapa tahun lalu.
“Ini sudah dibuktikan saat Agus Marto jadi Menteri Keuangan. Bunga bond saat itu turun satu persen di bawah tiga negara lain,” kata Rizal.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) kini total utang dalam bentuk SBN sudah mencapai Rp3.257,6 triliun per akhir Februari 2018. Angka ini tercatat 80,73 persen dibanding total seluruh utang outstanding pemerintah sebesar Rp4.034,8 triliun.
Di sisi lain, saat ini tingkat imbal hasil (yield) SBN dengan tenor 10 tahun mencapai 6,78 persen per 23 Maret 2018. Imbal hasil ini dianggap lebih tinggi dari Vietnam yang hanya 4,17 persen, Thailand sebesar 2,39 persen, bahkan hingga Malaysia sebesar 3,95 persen. Maka dari itu, tak heran jika bunga surat utang jadi sorotan.
Laporan: Muhammad Ibnu Abbas